Bangka Belitung/Babel (ANTARA News) - Dalam duka mendalam karena kehilangan dua anak tercinta, pasangan Aching Licang (54) dan Achen (61) pada Selasa menyambut kedatangan jenazah anak ketiga mereka Vera Yunita (22) di rumah duka di Jalan Teuku Umar, Lubuk Kelik, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka.

Keluarga dan sanak kerabat tak kuasa menahan tangis ketika mobil jenazah Pemerintah Kabupaten Bangka pukul 09.30 WIB tiba membawa peti berisi jenazah Vera yang diidentifikasi pada Senin (5/11) siang.

Para tetangga dan pejabat kepolisian, termasuk Kepala Polres Bangka AKBP Budi Ariyanto, Kepala Polsek Sungailiat AKP Yudha Wicaksono dan Kasat Lantas Polres Bangka AKP Diana, menyambut kedatangan jenazah yang didampingi perwakilan dari maskapai Lion Air Pangkalpinang dan Jasa Raharja Bangka Belitung.

"Kami tidak bisa apa-apa lagi, mau gimana lagi, kami terima apa adanya," kata Achen, ayah Vera.

Dia menuturkan bahwa putrinya dijadwalkan mengikuti wisuda pada 13 November 2018 di Universitas Budi Dharma, Jakarta.

Selain kehilangan Vera Yunita, keluarga Achen juga kehilangan kakak kandung Vera yang bernama Ardi (33), yang selama ini tinggal di Jakarta. Keduanya naik pesawat Lion Air JT 610 untuk pulang ke Bangka guna menghadiri pemakaman neneknya.

Achen mengatan jenazah Vera akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Damai di Lubuk Kelik.

Sementara di Perumahan Tanjung Bunga Cluster Mawar Air Itam Pangkalpinang, ratusan pegawai negeri sipil memadati rumah keluarga Eryanto, Kepala Subdit Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah II Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 di di perairan Karawang, Jawa Barat.

Mereka membaca Alquran dan melantunkan doa-doa untuk Eryanto. Dan saat jenazahnya tiba di rumah keluarga pukul 08.50 WIB, tangis keluarga dan kerabat yang sudah menanti sejak pagi langsung pecah.

"Almarhum orang yang baik, tekun, rajin dan punya prinsip," kata Amransyah Muslimin, pegawai Pemerintah Provinsi Babel yang pernah menjadi atasan Eryanto.

Amransyah mengenang Eryanto sebagai sosok yang ramah, supel, dam mudah berteman.

"Almarhum bukan hanya saya anggap sebagai bawahan, tapi sebagai sahabat dan sudah seperti keluarga sendiri karena memang orang yang baik," ujarnya.

Usril Nopendri, salah satu tetangga Eryanto, sependapat dengan Amransyah.

"Beliau bukan hanya tetangga, tapi seperti saudara. Belasan tahun kenal, Beliau orang yang baik. Di sela waktu kosong Beliau selalu berkumpul dengan tetangga," ujarnya.

Jenazah Eryanto akan dimakamkan di Pemakaman Sinar Bulan Air Itam tidak jauh dari rumah duka setelah dishalatkan di Masjid Al-Iman Desa Air Itam Pangkalpinang.

"Kami akan langsung memakamkan almarhum setelah Yasinan bersama ini," kata Suparta, saudara Eryanto.

Berbeda dengan keluarga Vera dan Eryanto, keluarga Dede Angraini masih menunggu kedatangan jenazah, yang dijadwalkan tiba di Bandara Depati Amir Pangkalpinang sekitar pukul 11.15 WIB.

Beberapa kerabat dan tetangga sudah berdatangan ke rumah duka untuk menunggu kedatangan jenazah Dede.

Adik ipar Dede Angraini, Felayati, mengatakan keluarga besar sangat bersyukur jasad Dede sudah terindentifikasi dan bisa dipulangkan ke rumah.

"Kabar ini sangat ditunggu-tunggu keluarga besar dan Alhamdulillah kakak kami sudah terindentifikasi dan mendapat kabar sejak tadi malam sekitar pukul 19.30 WIB. Saat ini seluruh keluarga sudah menunggu kedatangan jenazah," ujarnya.

Sebagian keluarga Dede Angraini datang ke Posko Krisis Center Bandara Depati Amir Pangkalpinang untuk menghadiri prosesi penyerahan sekaligus menjemput jenazah Kepala Keuangan Rumah Sakit Timah di daerah itu.

Muhammad Inu mengatakan jenazah kakaknya dijadwalkan tiba di Pangkalpinang pukul 11.15 WIB dan langsung dibawa ke RS Timah.

Dede, yang merupakan anak ke empat dari lima bersaudara, meninggalkan dua orang anak bernama Aura Jasminsandi (17) dan Azifa Jasminsandi (9) dan suami bernama Wilson Jasminsandi.

"Beliau ke Jakarta untuk mengantarkan anaknya untuk bersekolah di Pesantren Darul Quran. Kami sangat terpukul dan tidak percaya kalau salah satu penumpang pesawat jatuh itu adalah kakak kami," kata Muhammad Inu.

Jenazah perempuan yang semasa hidup dikenal pendiam dan suka menolong itu akan dimakamkan di kompleks perkuburan umum Kacang Pedang, Pangkalpinang.

Berdasarkan data resmi, ada 56 warga Babel yang menjadi korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 pada 29 Oktober dan hingga hari ini enam orang sudah diidentifikasi, yaitu atas nama Karmin, Dede Angraini, Ristia Amelia, Eryanto, Vera Junita dan Hendra.

Baca juga: Keluarga terima jenazah tiga korban JT 610 di Pangkalpinang
Baca juga: Sudah 27 korban Lion Air JT 610 diidentifikasi