Bengkulu (ANTARA News) - Peneliti Universitas Bengkulu membudidayakan dua spesies bunga bangkai untuk memudahkan masyarakat melihat dan mengamati tumbuhan suku talas-talasan tersebut.

"Spesies yang kami budidayakan yakni Amorphophallus paeoniifolius alias suweg dan Amorphophallus titanum yang tingginya bisa lebih dari dua meter," kata Yansen, peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Selasa.

Yansen menuturkan dalam upaya budidaya itu tim peneliti memindahkan umbi bunga bangkai dari habitat aslinya ke laboratorium kehutanan di Universitas Bengkulu.

"Tahun 2009, budidaya pertama kali dilakukan dengan memindahkan umbi suweg yang tumbuh di pemukiman warga di Kota Bengkulu. Saat ini, umbi yang kami pindahkan dulu sedang berbunga," tuturnya.

Suweg bisa dikembangbiakkan dari umbinya, yang berbentuk bundar pipih dengan ukuran diameter 40 centimeter, tinggi 30 centimeter dan bobot sekitar lima kilogram.

"Selain dapat dibudidayakan, umbi bunga bangkai juga bisa diolah menjadi sumber karbohidrat alternatif, namun perlu diproses melalui berbagai tahapan karena getahnya gatal," ujar Yansen.

Ia menjelaskan bahwa Pulau Sumatera memiliki 20 dari sekitar 200 spesies bunga bangkai yang ada di seluruh dunia. "Ada sekitar 10 spesies bunga bangkai di Bengkulu," katanya.

Yansen mengatakan tumbuhan itu bisa dibudidayakan untuk menarik kunjungan wisatawan.

"Untuk menjadikan bunga bangkai sebagai destinasi wisata baru, maka perlu dibangun rumah botani. Di sana pengunjung dapat melihat tempat pembibitan hingga bunganya mekar. Hal ini tentu akan sangat menarik bagi wisatawan," katanya.

Baca juga:
Dua bunga bangkai tumbuh di permukiman milik warga
Bunga Bangkai dalam pot pertama mekar di Kebun Raya Bogor