Fuzhou, Tiongkok (ANTARA News) - Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri mengatakan hubungan persahabatan Indonesia dengan Tiongkok adalah sebuah hubungan persahabatan tradisional yang sudah dijalin sejak berabad-abad lalu.

"Hubungan persahabatan Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok sebetulnya sudah seperti persahabatan tradisional. Karena dari berabad lalu hubungan itu sudah terjalin," ujar Megawati dalam pertemuan tamah dengan Gubernur Fujian, Tang Dengjie, di Fuzhou, Tiongkok, Senin.

Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila itu mengatakan dalam bagian dari sejarah persahabatan kedua negara, Indonesia tidak bisa lepas dari pelaut kawakan asal Tiongkok, Laksamana Cheng Ho.

Dia mengatakan Laksamana Cheng Ho datang ke Indonesia dan berkunjung ke beberapa tempat di Tanah Air.

"Laksamana Cheng Ho mengunjungi beberapa tempat yang situsnya sampai saat ini masih ada," jelasnya.

Selain itu, banyak warga Indonesia saat ini yang merupakan pendatang dari Tiongkok dan menjadi pengusaha di Tanah Air.

"Pengusaha-pengusaha Indonesia itu banyak berasal dari sini," kata dia.

Dengan demikian, kata Megawati, hubungan antara Indonesia dengan Tiongkok tinggal dilanjutkan saja, karena masih banyak yang dapat dilakukan kedua negara secara bersama-sama.

Dia pun mengenang kunjungannya ke Beijing, Tiongkok, puluhan tahun silam, saat dirinya masih menjadi anggota DPR RI.

Kala itu, kata Mega, penduduk Tiongkok masih banyak yang bersepeda dan menggunakan pakaian seperti pendekar kungfu.

Tetapi sekarang, perubahan cepat terjadi di Tiongkok. Mayoritas penduduk, seperti di Kota Fuzhou, banyak yang naik motor listrik.

"Sekarang yang ada sepeda motor listrik dan juga semua sudah berpakaian jas," ujarnya.

Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri dianugerahi gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) bidang Diplomasi Ekonomi oleh Fujian Normal University, di Fuzhou, Tiongkok, Senin.

Gelar Honoris Causa ini merupakan gelar Doktor Kehormatan ke delapan yang diterima putri proklamator Bung Karno itu.

Sebelumnya, Megawati sudah menerima tujuh gelar doktor kehormatan dari Universitas Waseda Tokyo di Jepang (2001); Moscow State Institute of International Relation di Rusia (2003); Korea Maritime and Ocean University di Korea Selatan (2015); Universitas Padjadjaran Bandung (2016); Universitas Negeri Padang (2017); Mokpo National University di Korea Selatan (2017), dan Doktor Honoris Causa bidang politik pemerintahan dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (2018).