"Berdasarkan pantauan dari Alat Pengukur Ketinggian Air (APKA), pada empat hari yang lalu ketinggian muka air Sungai Batanghari masih berada di bawah APKA, namun hari ini ketinggian muka air sudah mencapai 142 centimeter," kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Batanghari Samral Lubis di Muarabulian, Senin.
Pantauan tersebut dilakukan oleh BPBD daerah itu menggunakan APKA yang terpasang di lima kecamatan di daerah itu yakni di Kecamatan Muarabulian, Muara Tembesi, Mersam, Maro Sebo Ulu dan di Kecamatan Batin XXIV.
Samral mengatakan, seluruh APKA yang terpasang tersebut dalam sepekan terakhir menunjukkan ketinggian muka air yang hampir serupa. Hanya saja di Kecamatan Muara Tembesi ketinggian muka air lebih tinggi dibandingkan di kecamatan lainnya.
Hal itu dikarenakan di Muara Tembesi merupakan pertemuan antara Sungai Tembesi dan Sungai Batanghari sehingga ketinggian muka air lebih tinggi.
Meningkatnya ketinggian muka air Sungai Batanghari tersebut disebabkan oleh intensitas curah hujan yang mengalami peningkatan dalam sepekan terakhir di bagian hulu sungai itu.
BPBD daerah itu mengkhawatirkan limpahan air dari kabupaten di daerah hulu seperti dari Kabupaten Tebo, Sarolangun, Merangin dan Kabupaten Kerinci yang saat ini mengalami banjir bandang.
"Bila limpahan air tersebut datang secara bersamaan, dikhawatirkan air Sungai Batanghari akan meluap ke pemukiman penduduk," kata Samral.
Selain itu, yang lebih dikhawatirkan yakni terkikisnya tebing-tebing Sungai Batanghari. Karena di beberapa bagian bantaran Sungai Batanghari terdapat pemukiman.
Berdasarkan data yang dimiliki BPBD daerah itu, terdapat 86 desa dan kelurahan yang tersebar di tujuh kecamatan yang cukup rawan karena desa dan kelurahan tersebut berada di sepanjang bantaran Sungai Batanghari.*
Baca juga: Tujuh kecamatan di Batanghari dilanda banjir