Bandarlampung (ANTARA News) - Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung sepanjang pengamatan Minggu (4/11) hingga Senin dini hari mengalami 673 kali gempa.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam rilis diterima di Bandarlampung, Senin, meneruskan laporan aktivitas Gunung Anak Krakatau oleh Windi Cahya Untung, staf Kementerian ESDM Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau periode pengamatan 4 November 2018, pukul 00.00-24.00 WIB, menyampaikan secara visual kondisi gunung kabut 0-III.

Berdasarkan pengamatan visual malam melalui CCTV, sinar api serta lontaran material pijar ke segala arah setinggi 100-200 meter di atas puncaknya.

Asap yang keluar dari kawah tidak teramati, namun terdengar suara dentuman dan dirasakan getaran dengan intensitas lemah hingga kuat di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau.

Selama pengamatan itu, Gunung Anak Krakatau mengalami kegempaan letusan 673 kali, amplitudo 45-58 mm, durasi 41-219 detik. Embusan 28 kali, amplitudo 13-42 mm, durasi 19-48 detik. Gempa tremor harmonik dua kali, amplitudo 46-57 mm, durasi 61-72 detik, gempa vulkanik dangkal dua kali, amplitudo 19-25 mm, durasi 12-15 detik, sedangkan gempa tremor menerus amplitudo 3-32 mm (dominan lima milimeter).

Sekitar gunung api di dalam laut dengan ketinggian 338 meter dari permukaan laut (mdpl) itu, kondisi cuacanya berawan, mendung, dan hujan. Angin bertiup lemah ke timur laut, timur, tenggara, dan barat, sedangkan suhu udara 24-30 derajat Celsius, kelembapan udara 70-92 persen, dan tekanan udara 0-0 mmHg.

Status aktivitas Gunung Anak Krakatau di level II atau waspada dengan rekomendasi, masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius dua kilometer dari kawah.*



Baca juga: Gunung Anak Krakatau alami 336 kegempaan letusan

Baca juga: Gunung Anak Krakatau alami 63 kegempaan letusan