Boston University jadi peluang tampilkan ekonomi Indonesia
Kiri ke kanan: Ketua Boston University Alumni Indonesia Didit Ratam, Miranda Goeltom, Kepala BKPM Thomas Lembong, Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dan Sekjen BU Alumni Indonesia Andre Rahadian saat acara BU Asian Alumni Festival 2018, Jakarta, Sabtu (3/11). Acara ini membahas “Investing in Indonesia: Perspectives from regulators and business, Developing Creative Economy dan Creating Social Impact through Social Enterprises”. Kegiatan ini bagian dari BU Asian Alumni Festival ke-12 sebuah acara tahunan yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di Indonesia dengan dihadiri lebih dari 240 alumni Boston University dari 12 negara di Asia. (Antara Foto/ Arsip)
"Tujuan dari kegiatan ini adalah mengumpulkan para alumni Boston University (BU) se-Asia. Selain mengadakan festival kebudayaan, kami juga ingin mengenalkan Indonesia kepada teman-teman alumni, seperti ekonomi kreatif dan sosial entrepreneurship di Indonesia," kata Ketua Boston University Alumni Indonesia Didit Ratam di Jakarta, Minggu.
Festival yang diadakan di Hotel Grand Hyatt Jakarta itu menggelar Business Forum, Sabtu (3/11), yang menampilkan Miranda Goeltom sebagai moderator, serta Kepala BKPM Thomas T. Lembong dan Menteri Perencanaan/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro serta Prof Rhenald Kasali sebagai pembicara.
"Jadi, The BU Asia Alumni Festival yang ke-12 ini untuk pertama kali diadakan di Indonesia. Sebelumnya dalam 3 tahun terakhir ini diadakan di Hongkong, Korea, dan Taiwan," kata Didit Ratam.
Didit berharap bukan hanya alumni Indonesia saja yang memberikan informasi tentang potensi ekonomi dan investasi di Indonesia tetapi juga alumni-alumni Boston University dari Asia ikut memperkenalkan potensi Indonesia.
Sementara itu, Kepala BKPM Thomas T. Lembong sebagai pembicara di sesi pertama dalam Business Forum juga memperkenalkan potensi investasi di Indonesia kepada para alumni BU se-Asia.
"Indonesia sangat fokus pada investasi, Asia Tenggara sedang tumbuh salah satu contohnya Malaysia, Vietnam. Kami di Indonesia juga sedang bertumbuh dan membuka investasi seluas-luasnya. Namun kami bukan sekadar ingin investor datang dengan mengundang mereka. Kami juga mendatangi para investor ini untuk kami ajak berinvestasi," kata ?Kepala BKPM Thomas T. Lembong.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia Bambang Brodjonegoro juga menganggap acara yang digagas oleh alumni BU di Indonesia ini sangat menarik dan juga relevan dengan kondisi kekinian di mana Indonesia ingin meningkatkan porsi dan aktivitas dari ekonomi digital dan ekonomi kreatif.
"Kami harapkan acara yang digagas BU alumni ini bisa mendorong diseminasi dan bisa mendorong generasi muda Indonesia lebih banyak lagi bergerak di bidang ekonomi digital dan industri kreatif," kata Bambang.
Menurut Bambang, di Indonesia, 200 juta orang siap menggerakkan roda ekonomi. Pertumbuhan ekonomi kreatif pun menjadi pesat dengan hadirnya berbagai start up. Pemerintah mendukung perkembangan start up. Memang kita perlu mengembangkan human capital, karena itu saya sangat mendukung acara seperti ini.
"Kami mendorong generasi muda Indonesia untuk menggerakkan roda ekonomi lewat start up dan kami mendukung investasi ke arah ini dengan mengeluarkan regulasi-regulasi yang menopang kehadiran start up yang berguna bagi masyarakat," tegas Bambang.
Sementara itu, Profesor Rhenald Kasali menjabarkan arah perubahan ekonomi di dunia yang juga berimbas sampai ke Indonesia.
Kapitalisme yang sebelumnya menjadi landasan ekonomi mengakibatkan banyak sekali krisis, seperti krisis keuangan, kemiskinan, pangan, pengangguran, karena semua hanya berdasarkan paa persaingan saja.?
Akhirnya muncul gerakan-gerakan untuk mengatasi masalah itu. Saat ini, telah muncul gerakan atau usaha untuk membuat suatu bisnis yang dasarnya adalah untuk berbagi, mengatasi kemiskinan.
Gerakan ekonomi untuk mengatasi masalah-masalah sosial ini pun menghadirkan gagasan social entrepreneur dengan basis teknologi.
"Jadi, lama-lama terjadi keseimbangan. Dan, saya melihat anak-anak muda menjadi sumber pengharapan kita. Anak muda sekarang mau berwirausaha namun tidak selalu mencari kekayaan untuk dirinya sendiri, namun menjadi bagian dari pemecahan masalah sosial," kata Prof Rhenald Kasali.
"Sekarang orang bicara tentang disruption. Saat ini ada gerakan untuk berbisnis namun bisnis inib ebih ke arah mengumpulkan dana untuk kemudian dikembangkan demi gerakan sosial menolong orang lain. Di sinilah kebahagiaan dalam kehidupan berkembang dari mencari kekayaan, bergeser ke berbisnis untuk menolong orang lain," kata Prof Rhenald Kasali.
Baca juga: Presiden hadiri reuni akbar Kagama
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2018