Dongeng mempercepat literasi pada tumbuh kembang anak
3 November 2018 15:35 WIB
Suasansa salah satu panggung di mana pendongeng sedang bercerita dihadapan anak-anak dalam Festival Dongeng Internasional Indonesia 2018 di Museum Nasional, Jakarta, Sabtu (3/11/2018). (ANTARA News/Arindra Meodia)
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Festival Dongeng Internasional Indonesia 2018 yang juga merupakan pengurus komunitas Ayo Dongeng Indonesia, Widita Kustrini, mengatakan bahwa dongeng dapat mempercepat kemampuan literasi anak.
"Semakin sering anak diceritakan cerita pasti meningkatkan literasi mereka. Mereka semakin sadar dengan ada kata-kata baru, kosakata baru," ujar Widita kepada Antara disela Festival Dongeng Internasional Indonesia di Jakarta, Sabtu.
Meski anak belum mengerti betul kata-kata yang diucapkan, seperti pada balita, menurut Widita, mereka akan belajar mendengarkan kosakata baru.
Selain itu, dongeng juga dapat mempererat bonding atau ikatan kuat antara orang tua dan anak.
"Bonding itu enggak ada yang bisa digantikan selain dongeng. Dongeng itu akhirnya meruntuhkan tembok-tembok pembatas karena anak jadi merasa punya kesamaan dengan orang tua," kata Widita.
Bagi orang tua yang ingin mendongeng namun terbatas dengan ide, dapat dimulai dengan membaca buku, baik membacakannya untuk anak ataupun membaca bersama anak jika sang anak sudah bisa membaca.
"Bisa bikin kesepakatan dengan anak, siapa yang membaca duluan, atau bermain peran dengan ganti suara, kadang-kadang kreativitas dapatnya bisa lewat ngobrol sama anak," ujar Widita.
Hal ini menurut Widita juga dapat membangun kepercayaan diri anak untuk mengungkapkan pendapat.
Agar tidak membosankan, kegiatan mendongeng kemudian bisa dikolaborasikan dengan kegiatan lain, misalnya mendongeng sambil bernyanyi atau dengan boneka tangan sebagai media dalam mendongeng.
Namun, Widita menekankan bahwa kekuatan dongeng tetap ada pada ceritanya.
"Yang penting ceritanya kuat dulu, dan cerita yang kuat enggak harus yang berpikir susah-susah. Sebenarnya cerita yang kita pikirkan sendiri terus diceritakan ulang tetap akan menarik," kata dia.
Selanjutnya, media yang digunakan dalam mendongeng bisa disesuaikan dengan karakter sang anak. Anak yang lebih aktif misalnya, orang tua dapat menyelingi dongeng dengan menyanyi.
"Karena dongeng seperti layaknya komunikasi dua arah, jadi memang efektivitasnya tidak bisa dilihat dari satu aspek saja, tapi banyak aspek yang bisa mendukung itu," ujar Widita.
Baca juga: Festival Dongeng Internasional Indonesia 2018 angkat tema "Kisah Bahagia"
"Semakin sering anak diceritakan cerita pasti meningkatkan literasi mereka. Mereka semakin sadar dengan ada kata-kata baru, kosakata baru," ujar Widita kepada Antara disela Festival Dongeng Internasional Indonesia di Jakarta, Sabtu.
Meski anak belum mengerti betul kata-kata yang diucapkan, seperti pada balita, menurut Widita, mereka akan belajar mendengarkan kosakata baru.
Selain itu, dongeng juga dapat mempererat bonding atau ikatan kuat antara orang tua dan anak.
"Bonding itu enggak ada yang bisa digantikan selain dongeng. Dongeng itu akhirnya meruntuhkan tembok-tembok pembatas karena anak jadi merasa punya kesamaan dengan orang tua," kata Widita.
Bagi orang tua yang ingin mendongeng namun terbatas dengan ide, dapat dimulai dengan membaca buku, baik membacakannya untuk anak ataupun membaca bersama anak jika sang anak sudah bisa membaca.
"Bisa bikin kesepakatan dengan anak, siapa yang membaca duluan, atau bermain peran dengan ganti suara, kadang-kadang kreativitas dapatnya bisa lewat ngobrol sama anak," ujar Widita.
Hal ini menurut Widita juga dapat membangun kepercayaan diri anak untuk mengungkapkan pendapat.
Agar tidak membosankan, kegiatan mendongeng kemudian bisa dikolaborasikan dengan kegiatan lain, misalnya mendongeng sambil bernyanyi atau dengan boneka tangan sebagai media dalam mendongeng.
Namun, Widita menekankan bahwa kekuatan dongeng tetap ada pada ceritanya.
"Yang penting ceritanya kuat dulu, dan cerita yang kuat enggak harus yang berpikir susah-susah. Sebenarnya cerita yang kita pikirkan sendiri terus diceritakan ulang tetap akan menarik," kata dia.
Selanjutnya, media yang digunakan dalam mendongeng bisa disesuaikan dengan karakter sang anak. Anak yang lebih aktif misalnya, orang tua dapat menyelingi dongeng dengan menyanyi.
"Karena dongeng seperti layaknya komunikasi dua arah, jadi memang efektivitasnya tidak bisa dilihat dari satu aspek saja, tapi banyak aspek yang bisa mendukung itu," ujar Widita.
Baca juga: Festival Dongeng Internasional Indonesia 2018 angkat tema "Kisah Bahagia"
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018
Tags: