Bogor (ANTARA News) - Arif Yustian (20) korban pesawat jatuh Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610 yang namanya tidak tercatat dalam daftar manifest penumpang, sempat memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

"Arif pernah bilang ke saya, mah.., Arif mau lanjut kuliah lagi, jadi gajinya mau disisihkan untuk menabung biaya kuliah," kata Yenti Sulastri (44) saat ditemui di rumahnya di RT 05/RW 19 Kampung Kelapa, Desa Rawa Panjang, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jumat.

Arif merupakan lulusan Sekolah Menengah Analisis Kimia Bogor (Smakbo), di Kota Bogor, lulus dengan nilai baik di atas rata-rata temannya.

Menurut Yenti, Arif sudah bekerja selama empat bulan di PT Skylab Pasifik Indonesia sebagai tenaga laboratorium. Sebelumnya ia juga sudah bekerja di bidang yang sama tetapi beda perusahaan.

Di mata Yenti, sosok putra sulungnya itu anak yang bertanggung jawab dan peduli kepada keluarga, serta adik-adiknya. Uang gajinya selain ditabung untuk rencana kuliah, juga disisihkannya untuk orang tuanya.

"Kadang suka kasih saya uang, sebagian lagi untuk biaya hidupnya. Sebagian ditabung, katanya ma.. abang pingin kuliah," kata Yenti.

Anak sulung dari lima bersaudara pasangan Yenti Yustina dan Sariyoso (54) tinggal terpisah dengan orang tuanya sejak SMK. Kedua orang tua dan keempat adiknya tinggal di Bojonggede, sedangkan Arif sewa kamar kos di wilayah Kota Bogor.

Baca juga: Kementerian ESDM kehilangan tiga Dewi

Selama bekerja, lanjut Yenti, Arif juga kerap pergi-pergi keluar kota, seperti ke Bali, Banten, Tanggerang, tetapi belum pernah naik pesawat, kebanyakan menggunakan jalur darat.

Arif juga jarang ada di tempat kos-an, biasanya sebulan sekali pulang ke rumahnya di Bojonggede.

Menurut Yenti, sudah sebulan anaknya belum pulang ke rumah karena kesibukan kerja. Sehari sebelum kecelakaan, Minggu (28/10) malam rencananya Arif akan pulang ke rumah.

"Tetapi karena hujan gede, Arif telepon saya bilang tidak bisa pulang, karena dia juga mau ke Jakarta paginya," kata Yenti.

Kepergian Arif menyisakan rindu yang kadang mengiris hati Yenti ketika mengingat anak sulungnya ikut menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610.

Padahal dia sudah sangat rindu untuk bertemu anaknya sebelum berpamitan untuk berangkat kerja ke Pangkal Pinang.

"Jadi ada hikmahnya, saya sampaikan ini ke adik-adiknya, kalau nanti sudah bekerja, kalau mama bilang rindu, pulanglah. Jangan nunggu sampai mama rindu, nanti seperti abang, belum sempat mama bertemu," kenang Yenti.

Nama Arif Yustian tidak terdaftar di manifest pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610. Keberangkatannya untuk menggantikan rekan kantornya bernama Krisma Wijaya yang namanya ada di daftar manifest penumpang.

Krisma Wijaya membatalkan keberangkatan digantikan oleh Arif, yang berangkat bersama dua rekan kerjanya yakni Darwin Herianto, dan Rohmanir Pandi Sagala.

Baca juga: Round Up - Upaya pencarian tak pernah henti
Baca juga: 150 keluarga korban klaim uang tunggu Rp5 juta