Ijah terkenang saat dibonceng sepeda Eling
1 November 2018 22:04 WIB
Huzaijah (62) keluarga dari Eling Sutikno dan Jumaliah merupakan korban pesawat Lion Air JT 610 yang berangkat dari Jakarta tujuan Pangkal Pinang mengalami kecelakaan dan jatuh di perairan Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada Senin (29/10/2018). Susylo Asmalyah/Antara
Jakarta (ANTARA News) - Huzaijah (62) termenung di depan gedung Promoter di Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I Raden Said Sukanto, Jakarta Timur, Kamis, menunggu kabar tentang adik laki-lakinya bernama Eling Sutikno bersama istrinya, Jumaliah.
Eling Sutikno dan istrinya menjadi korban pesawat Lion Air JT 610 yang berangkat dari Jakarta tujuan Pangkal Pinang (Provinsi Bangka Belitung) mengalami kecelakaan dan jatuh di perairan Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada Senin (29/10). Pesawat itu sebelumnya hilang kontak selama tiga jam sejak pukul 06:33 WIB.
"Dulu kalau saya di SMA, Eling sekolah di STM, saya selalu diboncengnya ke sekolah naik sepeda saat di Pangkal Pinang," kata Ijah biasa dipanggil.
Matanya merawang sambil tersenyum, tiba-tiba nangis mengingat masa-masa kecilnya bersama Eling yang hanya terpaut umur kurang lebih setahun. Semasa kecil mereka, kadang berantem kecil dan iri-irian.
"Saya sudah ada 'feeling' waktu salah satu kakak saya mau naik haji, Eling itu ramah betul, kami lima bersaudara foto sana foto sini dan gembira. Istrinya Eling bilang kok mau pergi haji gembira-gembira kayak mau pergi jauh," kata perempuan yang menggunakan jilbab ini.
Hal tersebut dianggap janggal karena Eling memiliki sifat yang agak diam.
Dia mengungkapkan bahwa beberapa keponakannya mempertanyakan sikap Eling saat itu yang terlihat gembira sekali. "Kenapa yah pa'cuk (paman) gembira sekali dan mukanya bersih banget, keliatan lain, bilang keponakan-keponakan begitu," kata Ijah.
Dia mengetahui kabar tentang musibah pesawat Lion Air sekitar pukul 07.00 WIB dari salah stasiun televisi. Biasanya Eling jarang menggunakan pesawat Lion Air.
Kemudian ia mencoba menelpon Eling dan Jumaliah, namun tidak bisa.
Ijah semakin sedih dan jarang mau melihat perkembangan tentang musibah pesawat Lion Air di televisi. Setelah melihat adanya SIM A atas nama Eling Sutikno.
"Saya tahunya itu SIM punya Eling dari foto yang dikirim teman ke WA saya. Langsung saya nangis," katanya.
Namun Ijah sudah ikhlas terhadap musibah yang menimpa adik dan adik iparnya. Tapi dia masih berharap jasad keduanya ditemukan.
Baca juga: 145 keluarga korban Lion Air menerima uang tunggu
Baca juga: Kapal jangkar empat diturunkan untuk mencari CVR
Baca juga: Basarnas telah mengumpulkan 65 kantong jenazah
Baca juga: Tim optimistis CVR ditemukan pada Jumat
Eling Sutikno dan istrinya menjadi korban pesawat Lion Air JT 610 yang berangkat dari Jakarta tujuan Pangkal Pinang (Provinsi Bangka Belitung) mengalami kecelakaan dan jatuh di perairan Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada Senin (29/10). Pesawat itu sebelumnya hilang kontak selama tiga jam sejak pukul 06:33 WIB.
"Dulu kalau saya di SMA, Eling sekolah di STM, saya selalu diboncengnya ke sekolah naik sepeda saat di Pangkal Pinang," kata Ijah biasa dipanggil.
Matanya merawang sambil tersenyum, tiba-tiba nangis mengingat masa-masa kecilnya bersama Eling yang hanya terpaut umur kurang lebih setahun. Semasa kecil mereka, kadang berantem kecil dan iri-irian.
"Saya sudah ada 'feeling' waktu salah satu kakak saya mau naik haji, Eling itu ramah betul, kami lima bersaudara foto sana foto sini dan gembira. Istrinya Eling bilang kok mau pergi haji gembira-gembira kayak mau pergi jauh," kata perempuan yang menggunakan jilbab ini.
Hal tersebut dianggap janggal karena Eling memiliki sifat yang agak diam.
Dia mengungkapkan bahwa beberapa keponakannya mempertanyakan sikap Eling saat itu yang terlihat gembira sekali. "Kenapa yah pa'cuk (paman) gembira sekali dan mukanya bersih banget, keliatan lain, bilang keponakan-keponakan begitu," kata Ijah.
Dia mengetahui kabar tentang musibah pesawat Lion Air sekitar pukul 07.00 WIB dari salah stasiun televisi. Biasanya Eling jarang menggunakan pesawat Lion Air.
Kemudian ia mencoba menelpon Eling dan Jumaliah, namun tidak bisa.
Ijah semakin sedih dan jarang mau melihat perkembangan tentang musibah pesawat Lion Air di televisi. Setelah melihat adanya SIM A atas nama Eling Sutikno.
"Saya tahunya itu SIM punya Eling dari foto yang dikirim teman ke WA saya. Langsung saya nangis," katanya.
Namun Ijah sudah ikhlas terhadap musibah yang menimpa adik dan adik iparnya. Tapi dia masih berharap jasad keduanya ditemukan.
Baca juga: 145 keluarga korban Lion Air menerima uang tunggu
Baca juga: Kapal jangkar empat diturunkan untuk mencari CVR
Baca juga: Basarnas telah mengumpulkan 65 kantong jenazah
Baca juga: Tim optimistis CVR ditemukan pada Jumat
Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: