Kedubes Inggris sambut kepulangan inovator Indonesia
1 November 2018 21:43 WIB
Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste Moazzam Malik pada acara 'Pre-Departure Reception' bagi penerima beasiswa Chevening di Jakarta (28/8). (Antaranews/ Chi Jo-yao)
Jakarta (ANTARA News) - Kedutaan Besar Inggris menggelar acara resepsi untuk menyambut 24 pelaku bisnis ‘start up’ asal Indonesia yang kembali ke tanah air usai menjalani program pelatihan selama dua minggu di Inggris.
Program tersebut merupakan bagian dari Leaders in Innovation Fellowships dari Royal Academy of Engineering dan didukung oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan juga Newton Fund, yang bergerak dibawah pemerintah Inggris, serta Royal Academy of Engineering.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Moazzam Malik di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa program ini ditargetkan bagi para pencipta inovasi di Indonesia yang juga merupakan pelaku start up.
“Mereka akan mendapatkan pelatihan intensif selama dua minggu di Inggris. Selain bisa mendapatkan ilmu sesuai dengan bidang yang mereka tekuni, para penerima Fellowship ini juga akan diberikan ilmu bisnis serta mendapat jaringan global,” kata Moazzam setelah membuka acara resepsi itu.
Melalui Newton Fund, Royal Academy of Engineering Inggris bekerjasama dengan Kemenristekdikti untuk memberikan pelatihan komersialisasi produk kepada para wirausaha muda yang kebanyakan bersentuhan dengan teknologi.
“Sekembalinya mereka dari Inggris, mereka masih akan menerima pendampingan dari para mentor selama 12 bulan untuk lebih mengembangkan lagi start up mereka,” kata Moazzam lagi.
Sementara itu, salah satu peserta program di tahun 2018, Utari Octavianty mengatakan bahwa program tersebut tak hanya memberinya ilmu-ilmu baru dalam menjalani bisnis digitalnya, namun juga membuka jaringan dan potensi bisnis yang luas.
“Setelah saya menjalani program tersebut, jaringan saya jadi semakin besar dan global. Tak hanya bagi saya, namun juga bagi usaha saya,” kata Utari.
Ia berbisnis di bidang kemaritiman, dimana aplikasi daringnya yang dinamakan Aruna.id menghubungkan para nelayan dari berbagai daerah langsung dengan para pembeli.
Menurutnya, sebelum menjalani program tersebut, usahanya lebih fokus dengan pembeli tanah air saja.
“Namun kini saya memiliki jaringan yang lebih luas dan bisa menyalurkan hasil tangkapan para nelayan ini ke pasar yang lebib luas juga. Contohnya, sekarang saya dapat menghubungkan pembeli dari Amerika Serikat dengan para nelayan,” paparnya.
Program beasiswa singkat ini diberikan setiap tahun bagi 12 kandidat terpilih. Pada saat ini, Kemenristekdikti dan Royal Academy of Engineering Inggris tengah melakukan pemilihan kandidat bagi mereka yang akan menjalani program di tahun 2019.
Pelatihan intensif itu sendiri didanai olen Royal Academy of Engineering, sementara Kemenristekdikti menyediakan pendaan inovasi bagi mereka yang terpilih.
Program tersebut merupakan bagian dari Leaders in Innovation Fellowships dari Royal Academy of Engineering dan didukung oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan juga Newton Fund, yang bergerak dibawah pemerintah Inggris, serta Royal Academy of Engineering.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Moazzam Malik di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa program ini ditargetkan bagi para pencipta inovasi di Indonesia yang juga merupakan pelaku start up.
“Mereka akan mendapatkan pelatihan intensif selama dua minggu di Inggris. Selain bisa mendapatkan ilmu sesuai dengan bidang yang mereka tekuni, para penerima Fellowship ini juga akan diberikan ilmu bisnis serta mendapat jaringan global,” kata Moazzam setelah membuka acara resepsi itu.
Melalui Newton Fund, Royal Academy of Engineering Inggris bekerjasama dengan Kemenristekdikti untuk memberikan pelatihan komersialisasi produk kepada para wirausaha muda yang kebanyakan bersentuhan dengan teknologi.
“Sekembalinya mereka dari Inggris, mereka masih akan menerima pendampingan dari para mentor selama 12 bulan untuk lebih mengembangkan lagi start up mereka,” kata Moazzam lagi.
Sementara itu, salah satu peserta program di tahun 2018, Utari Octavianty mengatakan bahwa program tersebut tak hanya memberinya ilmu-ilmu baru dalam menjalani bisnis digitalnya, namun juga membuka jaringan dan potensi bisnis yang luas.
“Setelah saya menjalani program tersebut, jaringan saya jadi semakin besar dan global. Tak hanya bagi saya, namun juga bagi usaha saya,” kata Utari.
Ia berbisnis di bidang kemaritiman, dimana aplikasi daringnya yang dinamakan Aruna.id menghubungkan para nelayan dari berbagai daerah langsung dengan para pembeli.
Menurutnya, sebelum menjalani program tersebut, usahanya lebih fokus dengan pembeli tanah air saja.
“Namun kini saya memiliki jaringan yang lebih luas dan bisa menyalurkan hasil tangkapan para nelayan ini ke pasar yang lebib luas juga. Contohnya, sekarang saya dapat menghubungkan pembeli dari Amerika Serikat dengan para nelayan,” paparnya.
Program beasiswa singkat ini diberikan setiap tahun bagi 12 kandidat terpilih. Pada saat ini, Kemenristekdikti dan Royal Academy of Engineering Inggris tengah melakukan pemilihan kandidat bagi mereka yang akan menjalani program di tahun 2019.
Pelatihan intensif itu sendiri didanai olen Royal Academy of Engineering, sementara Kemenristekdikti menyediakan pendaan inovasi bagi mereka yang terpilih.
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018
Tags: