Kapal jangkar empat diturunkan untuk mencari CVR
1 November 2018 21:26 WIB
KOTAK HITAM LION AIR JT 610 Tim gabungan membawa koper berisi bagian kotak hitam pesawat Lion Air JT610 usai ditemukan di KR Baruna Jaya I, Jakarta, Kamis (1/11/2018). Bagian kotak hitam tersebut saat ini akan diserahkan kepihak KNKT untuk dilakukan investigasi lebih lanjut. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)
Jakarta (ANTARA News) - Badan SAR Nasional pada Jumat (2/11) akan menurunkan kapal dengan jangkar empat untuk mencari Cockpit Voice Recorder (CVR) dari pesawat Lion Air yang jatuh di Perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10).
”Sehingga nanti kapal bisa berhenti d atas air tanpa bergerak. Setelah itu baru dilakukan proses pencarian,” kata Kepala Badan SAR Nasional M Syaugi
di Posko JITC Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis malam.
Kepala Balai Teknologi Survey Kelautan BPPT M Ilyas yang ikut dalam proses pencarian menyebutkan, pencarian CVR menjadi sulit karena di bawah laut yang menjadi titik pencarian ada pipa Pertamina yang membuat Kapal Baruna Jaya tak bisa menurunkan jangkar.
”Tadi itu karena ada pipa Pertamina kami harus mudur sekitar 550 meter untuk mengoperasikan Remote Operating Vehicle. Tapi karena sulitnya arus kami pindah ke titik lain yang diduga menyimpan banyak serpihan,” kata dia.
Menurut Ilyas sejak awal Kapal Riset Baruna Jaya I milik BPPT yang digunakan mencari kotak hitam Lion Air JT610 memang sudah mendeteksi dua sinyal yang satu di antaranya menghasilkan temuan FDR.
Baca juga: Basarnas telah mengumpulkan 65 kantong jenazah
Baca juga: Tim optimistis CVR ditemukan pada Jumat
Baca juga: Belum ada tambahan jenazah korban teridentifikasi
Baca juga: DVI mengandalkan pencocokan DNA untuk mengidentifikasi korban Lion Air
”Sehingga nanti kapal bisa berhenti d atas air tanpa bergerak. Setelah itu baru dilakukan proses pencarian,” kata Kepala Badan SAR Nasional M Syaugi
di Posko JITC Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis malam.
Kepala Balai Teknologi Survey Kelautan BPPT M Ilyas yang ikut dalam proses pencarian menyebutkan, pencarian CVR menjadi sulit karena di bawah laut yang menjadi titik pencarian ada pipa Pertamina yang membuat Kapal Baruna Jaya tak bisa menurunkan jangkar.
”Tadi itu karena ada pipa Pertamina kami harus mudur sekitar 550 meter untuk mengoperasikan Remote Operating Vehicle. Tapi karena sulitnya arus kami pindah ke titik lain yang diduga menyimpan banyak serpihan,” kata dia.
Menurut Ilyas sejak awal Kapal Riset Baruna Jaya I milik BPPT yang digunakan mencari kotak hitam Lion Air JT610 memang sudah mendeteksi dua sinyal yang satu di antaranya menghasilkan temuan FDR.
Baca juga: Basarnas telah mengumpulkan 65 kantong jenazah
Baca juga: Tim optimistis CVR ditemukan pada Jumat
Baca juga: Belum ada tambahan jenazah korban teridentifikasi
Baca juga: DVI mengandalkan pencocokan DNA untuk mengidentifikasi korban Lion Air
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: