Balitbangtan siapkan teknologi perbaikan kesuburan lahan masam
31 Oktober 2018 15:53 WIB
Sejumlah narasumber sedang memaparkan teknologi perbaikan keseburan lahan masam pada lokakarya "Pemugaran Lahan Kering Bereaksi Asam dan Marginal" di Lampung, Senin (29/10) (istimewa)
Jakarta (ANTARA News) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian telah menyiapkan paket teknologi memperbaiki kondisi fisika tanah yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan pada lahan kering masam.
Kepala Balai Penelitian Tanah (Balit Tanah), Balitbangtan Husnain dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu mengatakan paket teknologi perbaikan tanah tersebut antara lain dengan penambahan bahan organik, bio-char, dan soil conditioner. Sedangkan untuk memperbaiki kualitas kimia tanah dan biologi tanah dengan penambahan kapur/dolomit, penambahan batuan phospat, mikoriza, bahan organik, dan mikroba pelarut hara P.
"Salah satu yang harus diperhatikan dalam aplikasi dolomit/kapur untuk memperbaiki kualitas lahan kering bereaksi masam adalah dosis dolomit/kapur, waktu aplikasi dan kualitas dolomit/kapur," katanya.
Salah satu paket teknologi yang sudah diujicoba selama lima musim tanam adalah mengkombinasikan dolomit dan bahan organik pada tanaman jagung dengan berbagai dosis mampu meningkatkan produktivitas tanaman.
Sebelumnya dalam dalam Lokakarya "Pemugaran Lahan Kering Bereaksi Asam dan Marginal" di Lampung, beberapa waktu lalu terungkap lahan kering masam dinilai merupakan salah satu potensi besar yang bisa dioptimalkan untuk perluasan areal sebagai upaya antisipasi makin berkurangnya lahan pertanian sebagai akibat alih fungsi ke non pertanian.
Dekan Fakultas Pertanian Univesitas Lampung, Irwan Sukri Banuwa mengatakan, total sumberdaya lahan di Indonesia sekitar 188,2 juta ha. Terdiri dari lahan kering 140 juta hektare dan lahan basah sekitar 40 juta hektare.
"Dari total lahan kering tersebut seluas 102,8 juta hektare merupakan lahan kering bereaksi masam. Dari total lahan kering asam itu yang sesuai untuk usaha pertanian sekitar 56,3 juta hektare," katanya.
Menurutnya, beberapa ciri lahan kering bereakasi masam adalah memiliki pH rendah (4,6-5,5), kejenuhan basa rendah (50 persen), kadar bahan organik rendah, kejenuhan Al yang tinggi, fiksasi hara P tinggi dan secara umum memiliki kesuburan yang rendah."Untuk pemugaran lahan kering bereaksi masam tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan konservasi tanah dan air," ujarnya.
Salah satu bentuk konservasi tanah dan air (KTA) secara agronomi adalah penggunaan pupuk buatan, seperti dolomit, lanjutnya, tindakan KTA ini bertujuan memperbaiki kondisi kesuburan tanah.
Hasil penelitian erosi, tambahnya, menunjukkan tindakan KTA mampu mengendalikan kehilangan hara. Bahkan penambahan dolomit dikombinasikan dengan tindakan KTA mampu meningkatkan produktivitas tanaman.
Senada dengan itu Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Muhajir Utomo menambahkan, potensi lahan kering masam apabila dikelola dengan baik akan lebih produktif dibandingkan dengan lahan basah/sawah. Hal ini seiring dengan kelangkaan air irigasi untuk mengelola lahan basah/sawah.
Namun lanjutnya, pengelolaan lahan kering bereaksi masam akan lestari atau berkelanjutan jika memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan aspek lingkungan/ekologi.
Kunci keberhasilan pengelolaan lahan kering bereaksi masam adalah dengan penambahan bahan organik yang bersifat in-situ (dari usaha tani itu sendiri). "Penambahan bahan organik dan dolomit akan mampu memperbaiki kondisi fisik tanah, kimia tanah dan kesuburan tanah," katanya.
Sementara Guru Besar Univesitas Sirwijaya, Dedik Budianta mengatakan, Secara umum manfaat kapur/dolomit adalah menaikkan pH, mengurangi dampak keracunan Al, meningkatkan ketersediaan hara Ca, Mg dan P, serta meningkatkan aktivitas biologi tanah.
Apabila dolomit dikombinasikan dengan bahan organik dengan dosis yang tepat akan mampu meningkatkan produktivitas tanaman pertanian di lahan kering yang bereaksi masam.
"Hasil penelitian menunjukkan aplikasi dolomit dengan bahan organik pada budidaya tanaman kedelai secara nyata mampu meningkatkan produktivitas tanaman. Dengan dolomit, produktivitas tanaman kedelai meningkat hampir tiga kali lipat," ujarnya.
Baca juga: Teknologi ini dinilai mampu tingkatkan kesuburan lahan masam
Baca juga: Teknologi Konsorsia Mikrob Mampu Atasi Lahan Masam
Kepala Balai Penelitian Tanah (Balit Tanah), Balitbangtan Husnain dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu mengatakan paket teknologi perbaikan tanah tersebut antara lain dengan penambahan bahan organik, bio-char, dan soil conditioner. Sedangkan untuk memperbaiki kualitas kimia tanah dan biologi tanah dengan penambahan kapur/dolomit, penambahan batuan phospat, mikoriza, bahan organik, dan mikroba pelarut hara P.
"Salah satu yang harus diperhatikan dalam aplikasi dolomit/kapur untuk memperbaiki kualitas lahan kering bereaksi masam adalah dosis dolomit/kapur, waktu aplikasi dan kualitas dolomit/kapur," katanya.
Salah satu paket teknologi yang sudah diujicoba selama lima musim tanam adalah mengkombinasikan dolomit dan bahan organik pada tanaman jagung dengan berbagai dosis mampu meningkatkan produktivitas tanaman.
Sebelumnya dalam dalam Lokakarya "Pemugaran Lahan Kering Bereaksi Asam dan Marginal" di Lampung, beberapa waktu lalu terungkap lahan kering masam dinilai merupakan salah satu potensi besar yang bisa dioptimalkan untuk perluasan areal sebagai upaya antisipasi makin berkurangnya lahan pertanian sebagai akibat alih fungsi ke non pertanian.
Dekan Fakultas Pertanian Univesitas Lampung, Irwan Sukri Banuwa mengatakan, total sumberdaya lahan di Indonesia sekitar 188,2 juta ha. Terdiri dari lahan kering 140 juta hektare dan lahan basah sekitar 40 juta hektare.
"Dari total lahan kering tersebut seluas 102,8 juta hektare merupakan lahan kering bereaksi masam. Dari total lahan kering asam itu yang sesuai untuk usaha pertanian sekitar 56,3 juta hektare," katanya.
Menurutnya, beberapa ciri lahan kering bereakasi masam adalah memiliki pH rendah (4,6-5,5), kejenuhan basa rendah (50 persen), kadar bahan organik rendah, kejenuhan Al yang tinggi, fiksasi hara P tinggi dan secara umum memiliki kesuburan yang rendah."Untuk pemugaran lahan kering bereaksi masam tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan konservasi tanah dan air," ujarnya.
Salah satu bentuk konservasi tanah dan air (KTA) secara agronomi adalah penggunaan pupuk buatan, seperti dolomit, lanjutnya, tindakan KTA ini bertujuan memperbaiki kondisi kesuburan tanah.
Hasil penelitian erosi, tambahnya, menunjukkan tindakan KTA mampu mengendalikan kehilangan hara. Bahkan penambahan dolomit dikombinasikan dengan tindakan KTA mampu meningkatkan produktivitas tanaman.
Senada dengan itu Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Muhajir Utomo menambahkan, potensi lahan kering masam apabila dikelola dengan baik akan lebih produktif dibandingkan dengan lahan basah/sawah. Hal ini seiring dengan kelangkaan air irigasi untuk mengelola lahan basah/sawah.
Namun lanjutnya, pengelolaan lahan kering bereaksi masam akan lestari atau berkelanjutan jika memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan aspek lingkungan/ekologi.
Kunci keberhasilan pengelolaan lahan kering bereaksi masam adalah dengan penambahan bahan organik yang bersifat in-situ (dari usaha tani itu sendiri). "Penambahan bahan organik dan dolomit akan mampu memperbaiki kondisi fisik tanah, kimia tanah dan kesuburan tanah," katanya.
Sementara Guru Besar Univesitas Sirwijaya, Dedik Budianta mengatakan, Secara umum manfaat kapur/dolomit adalah menaikkan pH, mengurangi dampak keracunan Al, meningkatkan ketersediaan hara Ca, Mg dan P, serta meningkatkan aktivitas biologi tanah.
Apabila dolomit dikombinasikan dengan bahan organik dengan dosis yang tepat akan mampu meningkatkan produktivitas tanaman pertanian di lahan kering yang bereaksi masam.
"Hasil penelitian menunjukkan aplikasi dolomit dengan bahan organik pada budidaya tanaman kedelai secara nyata mampu meningkatkan produktivitas tanaman. Dengan dolomit, produktivitas tanaman kedelai meningkat hampir tiga kali lipat," ujarnya.
Baca juga: Teknologi ini dinilai mampu tingkatkan kesuburan lahan masam
Baca juga: Teknologi Konsorsia Mikrob Mampu Atasi Lahan Masam
Pewarta: Subagyo
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018
Tags: