Roma (ANTARA News) -Enam orang meninggal, satu hilang dan beberapa orang cedera akibat gelombang cuaca ekstrem yang telah menerjang Italia sejak akhir pekan lalu, demikian laporan dinas pertolongan dan media lokal pada Senin (29/10).

Topan Atlantik membawa hujan lebat yang mengakibatkan banjir saat air sungai meluap dan mengalir ke hulu Semenanjung Laut Tengah. Sementara itu angin dengan kecepatan sampai 149 kilometer per jam menumbangkan pohon, papan iklan, serta kincir angin, dan pemerintah menginstruksikan warga beberapa daerah agar mengungsi sebab angin puting beliung menyapu laut yang airnya menerjang daerah pantai.

Tiga orang menemui ajal karena pohon menimpa mobil mereka: satu orang di Kota Terracine di Italia Selatan --tempat topan menerjang pusat kota tersebut dan membuat dua orang luka parah, dan dua di Kota Fronsinone di bagian tengah negeri itu, kata lembaga penyiaran umum RAI dan petugas pemadam di akun Twitter.

Seorang perempuan tewas di kota kecil di dekat Kota Savona di bagian barat-laut negeri tersebut, setelah ia tertimpa puing yang diterbangkan oleh tornado, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam. Angin topan itu juga merobek beberapa tempat lampu, dan seorang mahasiswa teknik yang berusia 21 tahun meninggal setelah ia tertimpa pohon saat ia berjalan ke tempat ia belajar di Napoli, kata kantor berita Italia, ANSA, dan harian La Repubblica.

Satu orang meninggal tertimpa pohon yang tercabut sampai akarnya oleh topan di dekat Kota Belluno di Wilayah Veneto, bagian timur-laut Italia, demikian laporan lembaga penyiaran swasta TGcom24 dan harian Corriere del Veneto.

Pemerintah masih mencari seorang lelaki yang hilang di laut yang bergelombang pada Ahad, saat ia naik perahu layar di lepas pantai di ujung "sepatu" Italia, kata petugas pemadam di akun Twitter.

Lembaga Perlindungan Sipil mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa Perdana Menteri Giuseppe Conte telah menandatangani instruksi mobilisasi luar biasa bagi Wilayah Veneto, tempat Venesia berada, untuk memungkinan Lembaga tersebut mengkoordinasikan rombongan kendaraan dari wilayah lain Italia ditambah korps relawan nasional "yang menanggapi situasi yang sangat kritis".

Baca juga: Italia Tengah disapu salju dan gempa

Gubernur Veneto Luca Zaia telah mengumumkan keadaan darurat dan menutup sekolah pada Senin dan Selasa di wilayah itu, tempat 110.000 orang dilaporkan tak memperoleh listrik dan warga di berbagai kota besar dan kecil --keduanya di pegunungan dan di dataran rendah-- telah disarankan agar menjauhi kolam air dan mengungsi dari apartemen lantai bawah karena topan kuat yang diperkirakan membuat air sungai membanjiri daerah dataran rendah selama malam hari antara Senin dan Selasa, kata Corriere del Veneto, edisi lokal surat kabar Corriere della Sera.

Sekolah ditutup di Roma, tempat seorang kepala petugas pemadam cedera terkena puing saat regunya beraksi, dan di kota pantai Ostia dan Latina --yang berdekatan, tempat RAI melaporkan beberapa orang cedera, dua di antara mereka parah, akibat terjangan tornado yang menghancurkan toko dan instalasi di pantai serta mengoyak atap beberapa gudang.

Di Italia Utara, akses jalan ke Bandar Udara Linate di Milan juga terhalang oleh pohon yang tumbang, sehingga banyak penumpang harus keluar dan jalan kaki ke terminal, sementara langit-langit perguruan tinggi bergengsi di kota tersebut, Polytechnic University, ambruk selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung. "Untungnya mahasiswa tidak cedera," kata lembaga penyiaran swasta Sky TG24.

Lembaga Perlindungan Sipil telah mengeluarkan peringatan merah untuk seluruh Wilayah Italia Utara dan siaga oranye di banyak wilayah Italia Tengah serta Selatan untuk Selasa. Peringatan siaga merah dan oranye adalah dua tingkat paling tinggi dalam peringatan empat tingkat, dan keduanya memperingatkan kemungkinan hilangnya nyawa dan kerusakan besar pada prasarana akibat peristiwa kritis seperti topan.

Sedikitnya 16,6 persen wilayah Italia, sama dengan 50.000 kilometer persegi, menghadapi resiko tinggi tanah longsor dan banjir selama cuaca ekstrem, kata Lembaga Tinggi bagi perlindungan Lingkungan Hidup (ISPRA).

Editor: Chaidar Abdullah