Presiden ingin dunia kedokteran kembangkan aplikasi modern
25 Oktober 2018 16:48 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara peresmian Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ke-30 dan Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) ke-21 di Samarinda Convention Hall, Kota Samarinda, Kamis. (Hanni Sofia)
Samarinda (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo ingin agar dunia kedokteran Tanah Air mengikuti perubahan global yang ada kemudian menyiapkan aplikasi sistem modern yang sesuai dengan zamannya.
"Saya juga ingin IDI mendahului dibandingkan dengan bidang-bidang lainnya. Saya enggak tahu aplikasi sistem apa yang bisa memudahkan orang bisa dioperasi misalnya di Kabupaten Asmat tapi perintahnya dari Jakarta. Orang bisa mendiagnosa di Halmahera, di Maluku Utara, tapi bisa diberi perintah dari Jakarta bagaimana cara menanganinya. Sekali lagi ini aplikasi sistem yang bukan sesuatu yang sulit lagi," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara peresmian Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ke-30 dan Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) ke-21 di Samarinda Convention Hall, Kota Samarinda, Kamis.
Ia mencontohkan, aplikasi seperti Go-Jek, Bukalapak, dan Tokopedia dikembangkan oleh anak-anak muda yang usianya berkisar 30-35 tahun.
Presiden menambahkan, hanya dalam waktu yang sangat singkat sekitar 5 tahunan, mereka sudah meloncat menjadi triliuner.
"Karena mereka mengikuti perubahan global yang ada. Melihat arah angin yang ada kemudian menyiapkan aplikasi sistem yang sesuai dengan zamannya. Mereka mendahului," katanya.
Oleh karena itulah ia mendorong IDI untuk bisa mengikuti perkembangan global yang begitu cepat.
"Karena memang persebaran penduduk kita yang berada di 17 ribu pulau tadi, 514 kabupaten dan kota. Semua orang sekarang sudah memiliki yang namanya smartphone, mestinya kita sudah mulai merancang smart hospital," katanya.
Bukan tidak mungkin, kata Presiden, mungkin saja ada anggota IDI yang pemikirannya maju ke depan melihat peluang.
Presiden menyambut baik harapan IDI yang ingin berubah.
"Ini yang saya tunggu. Sehingga yang namanya komputasi awan, analytic data, bisa membantu proses diagnosa-diagnosa yang ada. Ini pentingnya data digital," katanya.
Selain itu kata dia, juga banyak teknologi yang dikembangkan untuk memudahkan masyarakat dan pasien seperti peralatan "smartwatch", "eyeglass display", "electro luminescent clothing" yang membantu pasien mengontrol kesehatannya sendiri.
Menurut dia, sistem-sistem ini yang perlu dikembangkan ke depan.
"Teknologi rehabilitasi ortopedi virtual yang dapat memandu latihan secara rutin untuk pasien yang selesai melakukan operasi, operasi bedah misalnya, sehingga pasien bisa dipantau dari rumah mereka sendiri," katanya.
Pada kesempatan itu, Presiden meresmikan Muktamar IDI ke-30 dan IIDI ke-21 didampingi sejumlah pejabat.
Hadir pada kesempatan itu Gubernur Kaltim Isran Noor, Mensesneg Pratikno, Menteri ATR/Kepala BPN Sofyan Djalil, dan Menhub Budi Karya Sumadi.
"Saya juga ingin IDI mendahului dibandingkan dengan bidang-bidang lainnya. Saya enggak tahu aplikasi sistem apa yang bisa memudahkan orang bisa dioperasi misalnya di Kabupaten Asmat tapi perintahnya dari Jakarta. Orang bisa mendiagnosa di Halmahera, di Maluku Utara, tapi bisa diberi perintah dari Jakarta bagaimana cara menanganinya. Sekali lagi ini aplikasi sistem yang bukan sesuatu yang sulit lagi," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara peresmian Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ke-30 dan Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) ke-21 di Samarinda Convention Hall, Kota Samarinda, Kamis.
Ia mencontohkan, aplikasi seperti Go-Jek, Bukalapak, dan Tokopedia dikembangkan oleh anak-anak muda yang usianya berkisar 30-35 tahun.
Presiden menambahkan, hanya dalam waktu yang sangat singkat sekitar 5 tahunan, mereka sudah meloncat menjadi triliuner.
"Karena mereka mengikuti perubahan global yang ada. Melihat arah angin yang ada kemudian menyiapkan aplikasi sistem yang sesuai dengan zamannya. Mereka mendahului," katanya.
Oleh karena itulah ia mendorong IDI untuk bisa mengikuti perkembangan global yang begitu cepat.
"Karena memang persebaran penduduk kita yang berada di 17 ribu pulau tadi, 514 kabupaten dan kota. Semua orang sekarang sudah memiliki yang namanya smartphone, mestinya kita sudah mulai merancang smart hospital," katanya.
Bukan tidak mungkin, kata Presiden, mungkin saja ada anggota IDI yang pemikirannya maju ke depan melihat peluang.
Presiden menyambut baik harapan IDI yang ingin berubah.
"Ini yang saya tunggu. Sehingga yang namanya komputasi awan, analytic data, bisa membantu proses diagnosa-diagnosa yang ada. Ini pentingnya data digital," katanya.
Selain itu kata dia, juga banyak teknologi yang dikembangkan untuk memudahkan masyarakat dan pasien seperti peralatan "smartwatch", "eyeglass display", "electro luminescent clothing" yang membantu pasien mengontrol kesehatannya sendiri.
Menurut dia, sistem-sistem ini yang perlu dikembangkan ke depan.
"Teknologi rehabilitasi ortopedi virtual yang dapat memandu latihan secara rutin untuk pasien yang selesai melakukan operasi, operasi bedah misalnya, sehingga pasien bisa dipantau dari rumah mereka sendiri," katanya.
Pada kesempatan itu, Presiden meresmikan Muktamar IDI ke-30 dan IIDI ke-21 didampingi sejumlah pejabat.
Hadir pada kesempatan itu Gubernur Kaltim Isran Noor, Mensesneg Pratikno, Menteri ATR/Kepala BPN Sofyan Djalil, dan Menhub Budi Karya Sumadi.
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: