Yogyakarta (ANTARA News) - Para menteri ASEAN untuk urusan kebudayaan dan kesenian (ASEAN Ministers Responsible for Culture and Arts/AMCA) sepakat untuk mengarusutamakan budaya pencegahan (culture of prevention) sebagai salah satu dari hasil pertemuan AMCA ke-8 di Yogyakarta.

"Para menteri menegaskan pentingnya 'culture of prevention'. Ini merupakan satu konsep yang diadopsi oleh ASEAN pada 2017. Nah, konsep ini kemudian kita arusutamakan termasuk di bidang atau sektor kebudayaan," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Hilmar Farid dalam konferensi pers terkait pertemuan AMCA, Yogyakarta, Rabu.

Hilmar mengatakan budaya pecegahan merupakan sebuah kebudayaan yang melingkupi antara lain pola pikir, sikap, tindak tanduk, dan perilaku yang arahnya untuk mencegah terjadinya hal-hal yang buruk di dalam kehidupan masyarakat.

Budaya pencegahan itu akan mendorong terwujudnya kedamaian, keterbukaan, kebangkitan, kesehatan dan masyarakat yang harmonis.

"Culture of prevention ini adalah satu konsep yang intinya mengusahakan kebijakan itu tidak mengobati hal-hal buruk yang terjadi di masyarakat tapi mencegah. Secara konsep yang didorong di sini adalah rangkaian kebijakan dan sikap dari masing-masing pemerintahan di bidang kebudayaan untuk mengembangkan budaya mencegah konflik, kemiskinan, hal-hal yang buruk terjadi di dalam masyarakat termasuk misalkan kekerasan yang ekstrim dan seterusnya," tuturnya.

Dia mengatakan ada sejumlah sektor yang menjadi sasaran dalam penerapan budaya pencegahan antara lain kesiapan menghadapi bencana. Budaya pencegahan tidak hanya mendorong masyarakat untuk tanggap dan tenang ketika menghadapi bencana tapi juga mencegah kemungkinan berkembangnya kekerasan yang ekstrim di dalam masyarakat melalui peranan pembangunan pendidikan dan kegiatan kebudayaan.

Budaya pencegahan juga didorong untuk mencegah terjadinya wabah penyakit, karena berkaitan dengan kebudayaan, pola makan, interaksi dan hidup bersih.

Hilmar mengatakan pengarusutamaan budaya pencegahan itu akan dilakukan semua negara anggota ASEAN dan tiga partner dialog yakni China, Republik Korea dan Jepang dalam kebijakan dan kegiatan-kegiatan di negara mereka masing-masing atau secara kolaborasi seperti dalam kegiatan pertukaran seni.

"Penegasan pengarusutamaan culture of prevention ini dilakukan di dalam semua kegiatan-kegiatan yang diusulkan untuk dikerjakan bersama-sama oleh ASEAN maupun ASEAN dengan partner-partner dialognya," tuturnya.

Dia menuturkan bahwa pengarusutamaan budaya pencegahan menjadi tanggung jawab bersama seluruh negara anggota ASEAN dan tiga partner dialog sehingga budaya pencegahan akan mewarnai kegiatan-kegiatan yang terjadi di antara negara anggota ASEAN sendiri, ASEAN secara menyeluruh, dan ASEAN dengan tiga partner dialognya.

"Seluruh negara anggota ASEAN itu bertanggung jawab men-'streaming' (mengarusutamakan) culture of prevention di dalam kebijakan kebudayaannya masing-masing, kemudian seluruh negara anggota bersama-sama sebagai ASEAN juga punya tanggung jawab mengarusutamakan culture of prevention dalam kegiatan-kegiatan bersamanya, dan terakhir pengarusutamaan culture of prevention di dalam kerja sama di antara ASEAN dengan tiga partner dialognya yaitu China, Korea dan Jepang," tuturnya.

Baca juga: Pertemuan menteri anggota ASEAN untuk kebudayaan dibuka