Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia memprediksi laju pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal III 2018 akan di kisaran 5,1 persen atau lebih lambat dibanding kuartal II 2018 yang sebesar 5,27 persen, karena kinerja ekspor yang melambat.

"Angka pertumbuhan (kuartal III) akan mirip angka kuartal I, di sekitar 5,1 persen kurang sedikit," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara dalam jumpa pers Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Selasa.

Oleh karena proyeksi di paruh ketiga tahun ini pula, Bank Sentral memerkirakan untuk keseluruhan tahun, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di bias bawah 5,0-5,4 persen.

Menurut kajian BI, melemahnya kinerja ekspor hingga kuartal III ini dikarenakan penurunan harga dua komoditas andalan yakni produk kelapa sawit dan dinamika harga batu bara.

Ketika nilai ekspor melemah, kinerja impor Indonesia justru menanjak. Mirza melihat meningkatnya permintaan impor masih wajar karena memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur jangka panjang.

"Jadi di satu sisi harga komoditas andalan kita melemah di sisi lain importir minyak dan harga minyaknya naik, itu membuat nilai dari impor minyak kita meningkat," ujar Mirza.

Keterbalikan negatif antara kinjerja impor dan ekspor juga membuat defisit transaksi berjalan tertekan. Namun, Bank Sentral meyakini defisit transaksi berjalan di akhir tahun masih akan berada di bawah tiga persen Produk Domestik Bruto. Hingga akhir kuartal II 2018, defisit transaksi berjalan masih melebar di sekitar tiga persen PDB.

Di sisa tahun, Bank Sentral menegaskan posisi kebijakan moneter akan menjaga ketahanan neraca pembayaran (balanca of payment). Neraca pembayaran tergantung dari neraca transaksi berjalan dan juga neraca transaksi finansial.


Baca juga: BI pertahankan suku bunga acuan 5,75 persen

Baca juga: Ekonom nilai stabilitas jadi pertimbangan BI tahan suku bunga