Sampit (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, berharap pemerintah pusat mengeruk alur Sungai Mentaya karena pendangkalannya semakin parah dan mengancam keselamatan pelayaran.

"Belum lama ini kapal penumpang menabrak tongkang. Walaupun tidak sampai ada korban jiwa, tapi ini harus menjadi perhatian. Saya yakin ini bukan hanya masalah faktor manusianya, tetapi juga imbas pendangkalan alur. Kondisi ini bisa mengancam keselamatan," kata Kepala Dinas Perhubungan Kotawaringin Timur, Fadlian Noor, di Sampit, Kalimantan Tengah, Senin.

Menurut Fadlian, Selasa (9/10) lalu, kecelakaan air terjadi di muara Sungai Mentaya, Sampit antara Kapal Motor (KM) Kirana III yang bermuatan penumpang dan kendaraan dengan sebuah tongkang bermuatan minyak kelapa sawit.

Saat itu sungai sedang surut sehingga tongkang bermuatan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dengan tugboat Buana Pela 3 milik PT Jasindo Jaya Pasifik dengan agen di Sampit PT Usda Seroja Jaya, kandas di sekitar muara.

"KM Kirana III yang sebelumnya berangkat dari Surabaya, sudah hendak masuk ke muara Sungai Mentaya. Kapal roll on roll off (roro) milik PT Dharma Lautan Utama itu mengangkut 70 penumpang dan 28 kendaraan," katanya.

Sebelum masuk muara, nakhoda KM Kirana III sudah berkali-kali memberitahukan bahwa mereka akan masuk muara. Namun karena sungai surut, tongkang yang hendak menuju Gresik itu juga tidak bisa beralih posisi sehingga tabrakan tidak bisa dihindari.

Fadlian berharap insiden tersebut tidak sampai terjadi lagi. Pemerintah pusat diharapkan membantu mengeruk alur agar lalu lintas kapal lancar dan tidak sampai terhambat, apalagi sampai terjadi tabrakan.

"Pendangkalan menyebabkan alur semakin dangkal dan semakin sempit. Alur Sungai Mentaya sudah lama tidak dikeruk sehingga sedimentasi lumpur terus bertambah dan dikhawatirkan akan semakin mengganggu lalu lintas kapal," kata Fadlian.

Pengerukan dianggap sudah sangat mendesak karena pendangkalan alur mengganggu lalu lintas kapal. Kondisi ini jelas mengganggu pengembangan sektor kepelabuhanan, padahal Pelabuhan Sampit termasuk bagian dari program Tol Laut yang sedang dijalankan pemerintah pusat.

Ia menambahkan pelabuhan di Kotawaringin Timur saat ini masuk program pemerintah pusat dalam masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk koridor Kalimantan, sehingga setiap tahun akan dilakukan pengembangan terhadap pelabuhan yang ada.

Kedalaman Sungai Mentaya saat ini sekitar minus 4 meter LWS (Low Water Spring) atau air pasang terendah. Dengan kedalaman tersebut, maksimal kapal kargo yang bisa masuk adalah sekitar 3000 DWT (Dead Weight Tonnage) dan untuk tongkang sekitar 5000 DWT.

"Sampai saat ini kapal yang akan berlabuh masih menggantungkan aktivitas pada kondisi pasang surut air Sungai Mentaya karena pendangkalan sungai. Jika sungai sedang surut, kapal harus menunggu di muara sampai sungai kembali pasang sehingga kapal bisa masuk menyusuri alur hingga ke pelabuhan," kata dia.

Pengerukan alur terakhir dilakukan Juni 2015 lalu oleh Kementerian Pehubungan dengan mengucurkan dana APBN sekitar Rp34 miliar.

Dana itu digunakan untuk mengeruk sekitar 500.000 meter kubik lumpur di ambang luar sepanjang 1,8 kilometer dengan lebar 60 meter dan kedalaman antara empat hingga lima meter.

Selain di muara, masih ada pendangkalan di alur dalam yakni dua titik di depan Pos TNI AL dan kawasan Serambut. Dua titik pendangkalan ini juga diusulkan untuk dikeruk agar lalu lintas kapal makin lancar.

"Selama ini, jika sungai surut maka kapal bisa kandas di titik ini maupun di lokasi dangkal lainnya," ucap Fadlian.

Kepala Seksi Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Sampit, Baslan membenarkan bahwa pendangkalan alur membuat lalu lintas kapal tidak maksimal. Keluar-masuk kapal sangat tergantung dengan kondisi pasang surut sungai.

"Pendangkalan alur masih terjadi di titik-titik yang sama. Mudah-mudahan saja segera ada pengerukan alur sehingga lalu lintas kapal semakin lancar dan berdampak pada peningkatan perekonomian daerah dan masyarakat," kata Baslan.

Baca juga: Pemerintah komitmen tingkatkan keselamatan pelayaran