London/Belfast (ANTARA News) - Ratusan ribu pendukung Uni Eropa berunjuk rasa di London pada Sabtu dalam demonstrasi dipandang terbesar sejauh ini, menuntut pemerintah Inggris mengadakan pemungutan suara terkait Brexit.
Pengunjuk rasa itu mengibarkan bendera UE berwarna biru dan bintang emas dan pada saat cuaca cerah, juga memegang spanduk menyerukan referendum lagi tentang perjanjian akhir mengenai bagaimana Inggris akan meninggalkan kelompok perdagangan terbesar di dunia itu.
Unjuk rasa tersebut terjadi setelah pekan penuh gejolak bagi Perdana Menteri Theresa May. Ia gagal menyepakati perjanjian pemisahan dengan para pemimpin UE di Brussel dan menyebabkan anggota partainya membuat konsesi lagi dalam pembicaraan itu, demikian Reuters melaporkan.
Baca juga: Inggris dan UE belum capai kesepakatan penuh terkait Brexit
Baca juga: Theresa May: Inggris siap jika negosiasi Brexit gagal
Dengan waktu tersisa lima bulan hingga Inggris keluar, belum ada kejelasan mengenai perjanjian perdagangan pada masa mendatang dengan UE dan beberapa pemberontak di Partai Konservatif May mengancam membuat kesepakatan jika belum juga ada perjanjian.
James McGrory, salah seorang penyelenggara pawai, mengatakan para pemilih semestinya memiliki peluang untuk mengubah pikiran mereka karena keputusan akan berdampak pada kehidupan mereka dari generasi ke generasi.
"Orang berpikir negosiasi Brexit kacau balau. Mereka tidak punya kepercayaan pada pemerintah untuk memenuhi janjinya, sebagian karena tidak dapat dipenuhi," kata dia.
Penyelenggara mengatakan sekitar 700.000 orang ikut dalam unjuk rasa itu, yang akan menjadikannya terbesar di Inggris sejak demonstrasi menentang perang Irak pada 2003.
Editor: Boyke Soekapdjo
Ratusan ribu orang berunjuk rasa tuntut referendum kedua soal Brexit
21 Oktober 2018 23:58 WIB
Ilustrasi hasil referendum rakyat Kerajaan Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit). (globalresearch.ca)
Pewarta: Antara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2018
Tags: