Petani bawang keluhkan harga anjlok kepada Sandiaga
21 Oktober 2018 21:13 WIB
Calon Wakil Presiden nomor urut 2, Sandiaga Salahuddin Uno ikut panen bawang merah dengan petani ke Desa Sajen, Pacet, Mojokerto, Minggu (21/10/2018). (Dokumen Tim SSU)
Jakarta (ANTARA News) - Calon Wakil Presiden nomor urut 02, Sandiaga Salahuddin Uno saat ke Desa Sajen, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur mendapat keluhan dari para petani bawang merah soal harga bawang merah yang kini anjlok.
Selain menyapa masyarakat, Cawapres pasangan Prabowo Subianto juga sempat berdialog dengan para petani bawang merah di lapangan Desa Sajen. Para petani mengeluhkan harga jual bawang merah yang saat ini terjun di angka Rp3 ribu/Kg.
"Saya dapat masukan dari petani bawang di sini bahwa ada beberapa kendala. Sekarang harganya jatuh sekali, mencapai Rp3.000 per kilo. Biaya produksinya saja sekarang di atas itu, nah ini petani mengeluh," kata Sandiaga dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
Bukan hanya persoalan harga jual yang turun, namun para petani juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan bibit unggul. Menurut dia, para petani bawang membutuhkan pendampingan dari pemerintah agar hasil panen lebih maksimal.
"Prabowo-Sandi mempunyai program untuk memastikan harga bawang tak jatuh. Kami tetapkan sebuah harga yang bisa membuat petani bisa merasakan keuntungannya. Ada batas bawah dan batas atasnya," Cawapres yang diusung partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Demokrat.
Dijelaskannya permintaan bawang merah di Indonesia masih tinggi. Khususnya di kota-kota besar, seperti Jakarta. Permintaan produk turunan bawang merah juga masih tinggi.
"Kita dulu di Jakarta punya program 'food station', yaitu membeli satu tahun di depan. Karena kami sudah tahu kebutuhan di Jakarta atas bawang merah dan bawang putih selama setahun," kata Sandiaga.
Mantan Wagub DKI Jakarta menambahkan, kebijakan impor bawang juga bukan solusi yang tepat. Menurut dia, produk bawang impor justru akan membuat jatuh harga bawang lokal. "Juga mengakibatkan petani tak bisa bersaing," ungkapnya.
Sandiaga menambahkan, kehadiran pemerintah dinilai penting untuk memastikan hasil panen petani bawang lokal tak kalah kualitasnya dengan bawang impor. Oleh sebab itu, bibit yang unggul, pelatihan dan pendampingan untuk petani dinilai penting.
"Bawang merah yang dihasilkan di Mojokerto, utamanya di Desa Sajen harapannya bisa bersaing. Karena jika tidak, kesejahteraan petani akan turun, di sini tentunya akan menambah kemiskinan baru," katanya.
Usai menampung aspirasi para petani, Sandiaga juga ikut memanen bawang merah di Desa Sajen. Bersama petani, dia turun ke sawah untuk mencoba sendiri memanen bawang merah di kebun.
Selain menyapa masyarakat, Cawapres pasangan Prabowo Subianto juga sempat berdialog dengan para petani bawang merah di lapangan Desa Sajen. Para petani mengeluhkan harga jual bawang merah yang saat ini terjun di angka Rp3 ribu/Kg.
"Saya dapat masukan dari petani bawang di sini bahwa ada beberapa kendala. Sekarang harganya jatuh sekali, mencapai Rp3.000 per kilo. Biaya produksinya saja sekarang di atas itu, nah ini petani mengeluh," kata Sandiaga dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
Bukan hanya persoalan harga jual yang turun, namun para petani juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan bibit unggul. Menurut dia, para petani bawang membutuhkan pendampingan dari pemerintah agar hasil panen lebih maksimal.
"Prabowo-Sandi mempunyai program untuk memastikan harga bawang tak jatuh. Kami tetapkan sebuah harga yang bisa membuat petani bisa merasakan keuntungannya. Ada batas bawah dan batas atasnya," Cawapres yang diusung partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Demokrat.
Dijelaskannya permintaan bawang merah di Indonesia masih tinggi. Khususnya di kota-kota besar, seperti Jakarta. Permintaan produk turunan bawang merah juga masih tinggi.
"Kita dulu di Jakarta punya program 'food station', yaitu membeli satu tahun di depan. Karena kami sudah tahu kebutuhan di Jakarta atas bawang merah dan bawang putih selama setahun," kata Sandiaga.
Mantan Wagub DKI Jakarta menambahkan, kebijakan impor bawang juga bukan solusi yang tepat. Menurut dia, produk bawang impor justru akan membuat jatuh harga bawang lokal. "Juga mengakibatkan petani tak bisa bersaing," ungkapnya.
Sandiaga menambahkan, kehadiran pemerintah dinilai penting untuk memastikan hasil panen petani bawang lokal tak kalah kualitasnya dengan bawang impor. Oleh sebab itu, bibit yang unggul, pelatihan dan pendampingan untuk petani dinilai penting.
"Bawang merah yang dihasilkan di Mojokerto, utamanya di Desa Sajen harapannya bisa bersaing. Karena jika tidak, kesejahteraan petani akan turun, di sini tentunya akan menambah kemiskinan baru," katanya.
Usai menampung aspirasi para petani, Sandiaga juga ikut memanen bawang merah di Desa Sajen. Bersama petani, dia turun ke sawah untuk mencoba sendiri memanen bawang merah di kebun.
Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: