Jakarta (ANTARA News) - Pertemuan IMF-WB telah menghasilkan sejumlah kesepakatan maupun komitmen yang bermanfaat untuk mendorong optimalisasi perekonomian regional maupun global.

Pertemuan ini menyisakan kenangan berharga bagi Indonesia yang terpilih sebagai tuan rumah perhelatan akbar bagi perwakilan 189 negara sejak Oktober 2015.

Terdapat dua hal yang menjadi memori dari perhelatan besar ini yaitu pidato "Game of Thrones" ala Presiden Joko Widodo dan kehadiran pendiri Alibaba Group Jack Ma.

Dalam pidato pada pertemuan plennary, Presiden mengatakan kondisi global saat ini seperti dalam serial yang diadaptasi dari novel karya George RR Martin.
Di serial Game of Thrones terdapat sejumlah great houses atau kelompok penguasa beberapa wilayah yang bertarung hebat satu sama lain untuk mengambil alih kendali Iron Throne.

Namun, ketika great houses sibuk bertarung, terdapat ancaman besar dari utara yaitu Evil Winter yang ingin merusak dan menyelimuti dunia dengan es.

Kondisi ini mirip situasi saat ini ketika negara-negara maju saling mengancam untuk melakukan perang dagang yang dapat berdampak pada perlambatan perekonomian global.

Padahal, setiap kemenangan dan kekalahan dalam perang memberikan hasil yang sama yaitu dunia yang porak poranda.
"Dengan berbagai masalah perekonomian dunia, sudah cukup bagi kita untuk mengatakan bahwa winter is coming," ujar Jokowi.

Untuk itu, menurut dia, akan lebih baik apabila negara-negara maju menggalang kekuatan bersama agar bencana global tidak terjadi. "Saya yakin ceritanya akan berakhir dengan pesan moral bahwa konfrontasi dan perselisihan akan mengakibatkan penderitaan bukan hanya bagi yang kalah tapi juga bagi yang menang," kata Jokowi.

Pengibaratan tersebut mengundang antusiasme para hadirin, termasuk Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim dan Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, yang tampak tersenyum mendengar pidato Jokowi.

Jokowi menambahkan tidak ada artinya kemenangan yang dirayakan dalam kehancuran, meski sang pemenang merupakan pemegang kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Sedangkan, kehadiran Jack Ma seolah menjadi magnet tersendiri dalam perhelatan acara ini, karena pendiri Alibaba Group merupakan salah satu pemilik pasar daring terbesar di China.

Dalam kesempatan itu, Ma yang bertindak sebagai penasihat teknologi informasi bagi Indonesia, ingin mencetak seribu pemimpin yang memiliki kemampuan dalam bidang digitalisasi ekonomi.

Pelatihan tersebut akan dilakukan melalui Institut Wirausahawan Jack Ma yang pendiriannya saat ini masih dalam tahap perencanaan.

Ma ikut membahas keikutsertaan lima produk unggulan Indonesia untuk hadir dalam pesta diskon terbesar di China Eleven-Eleven yang diselenggarakan Alibaba setiap 11 November.

Kedatangan Ma ini sangat penting karena Indonesia sedang mengembangkan Industri 4.0 yang bertumpu pada perkembangan teknologi. Melihat kondisi dunia yang berubah sangat cepat, maka Indonesia harus menyiapkan sumber daya ekonomi digital yang handal.

Bali Initiative
Selain itu, pertemuan yang berlangsung pada 8-15 Oktober 2018 ini juga telah membahas delapan tema yang termasuk dalam inisiatif Bali (Bali Initiative).

Delapan tema tersebut adalah penangananan ketidakstabilan ekonomi global, penanganan urbanisasi, investasi pada Human Capital dan prakarsa Bali Fintech Agenda.

Kemudian, strategi penanganan bencana, penanganan perubahan iklim, prakarsa pembiayaan infrastruktur dan kesepakatan Capital Package.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan seluruh tema ini memiliki kaitan erat dengan situasi di Indonesia saat ini.

Misalnya, mengenai investasi human capital yang selama ini telah dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong perbaikan kualitas tingkat pendidikan, kesehatan maupun kesejahteraan masyarakat.

Meski demikian, Indonesia masih mempunyai banyak pekerjaan rumah untuk membenahi masalah modal manusia ini, terutama dalam penanganan tumbuh kembang anak (stunting).

Untuk Bali Fintech Agenda, Suahasil mengatakan inisiatif ini timbul untuk mereduksi hambatan yang hadir dari ketimpangan akses keuangan serta mendorong inovasi maupun inspirasi di era digital.

Terdapat 12 prinsip yang masuk dalam Bali Fintech Agenda yang bisa menjadi paduan bagi negara-negara untuk mendorong pemanfaatan teknologi berbasis finansial.
Selain itu, mengenai strategi penanganan bencana, pemerintah berencana meluncurkan strategi pembiayaan dan asuransi bencana yang bertujuan untuk menjamin keberlangsungan pembangunan berkelanjutan.

Prioritasnya adalah perlindungan terhadap BMN, BMD, rumah tangga dan masyarakat rentan, pemulihan kehidupan sosial dan usaha, kolaborasi pemerintah dan swasta serta pemberdayaan asuransi dalam negeri.

Untuk mewujudkan hal ini, dalam jangka pendek, pemerintah akan memulai ujicoba asuransi BMN, pelaksanaan studi kelayakan skema pooling fund, penguatan dan pengembangan instrumen asuransi pertanian dan perikanan.

Pemerintah juga akan melakukan eksplorasi potensi skema pembiayaan alternatif serta mendorong edukasi serta penguatan kapasitas strategi pembiayaan dan asuransi bencana.

Pembicaraan lainnya yang mengemuka dari Pertemuan IMF-WB adalah mengenai prakarsa pembiayaan infrastruktur sebagai alternatif untuk mengatasi pembiayaan dari sektor publik yang terbatas.

Suahasil mengatakan pemerintah terus berkomitmen untuk menempatkan pembangunan infrastruktur sebagai prioritas dan mengundang pembiayaan swasta sebagai antisipasi dari terbatasnya dana APBN.

"Inovasi dalam menutup financing gap telah dilakukan dengan penerbitan sovereign bond, pembiayaan syariah melalui sukuk serta skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)," ujarnya.

Musim dingin
Meski demikian, pembicaraan mengenai kondisi global yang menghangat menjadi salah satu kesimpulan penting pertemuan akbar yang dihadiri 36.000 delegasi ini.

Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde bahkan mengatakan potensi terjadinya perang dagang bisa menurunkan proyeksi satu persen pertumbuhan ekonomi global.
Untuk itu, Lagarde kembali mengingatkan pentingnya semangat multilateralisme untuk mengurangi tensi perang dagang yang berpotensi melemahkan kondisi dunia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ikut menegaskan risiko kenaikan suku bunga atau terjadinya perang dagang dapat mempengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi di 2019. Risiko ini bisa menyebabkan terjadinya perlambatan investasi maupun ketidakpastian terhadap kinerja ekspor impor yang selama ini menjadi sumber pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, faktor geopolitik yang bisa mempengaruhi harga komoditas global seperti minyak menjadi risiko lainnya yang patut diwaspadai.

Menanggapi hal tersebut, ia mengingatkan agar setiap hasil yang baik dari pertemuan di Nusa Dua, Bali, bisa menjadi panduan bagi negara-negara untuk bertindak.

Sri Mulyani mengacu pada pidato Game of Thrones Joko Widodo yang mengingatkan pentingnya dunia untuk bersatu dalam menghadapi musuh bersama.
Ia mengharapkan cinta, kehangatan maupun semangat dari Bali dapat menjadi inspirasi bagi negara-negara maju untuk saling berkerja sama dan mengedepankan prinsip-prinsip multilateralisme.

"Kami ingin cinta, kehangatan maupun semangat koordinasi dari Bali bisa menjadi penghangat dan pelindung dari musim dingin," ujar Sri Mulyani dalam jumpa pers penutupan acara Pertemuan Tahunan IMF-WB.

Ucapan Sri Mulyani tersebut diharapkan dapat mengena kepada negara-negara maju yang kebetulan juga akan menghadapi musim dingin selama periode November-Desember.*

Baca juga: Pemerintah prioritaskan keamanan delegasi IMF-WB di Labuhan Bajo dan Komodo

Baca juga: PKB: Luhut-Sri Mulyani ingin tegaskan Indonesia nomor satu

Baca juga: Fadli Zon: wajar Luhut-Sri Mulyani dilaporkan ke Bawaslu