Siswa SDN 3 Tulungagung belajar di kelas darurat
19 Oktober 2018 18:43 WIB
Ilustrasi - Gedung SD runtuh Sejumlah murid membersihkan puing atap sekolah yang runtuh di SDN 1 Blimbing, Rejotangan, Tulungagung, Jawa Timur, (2/5). (FOTO ANTARA/Sahlan Kurniawan)
Tulungagung (ANTARA News) - Puluhan siswa di SDN 3 Serut, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, terpaksa mengikuti kegiatan belajar di kelas darurat, bekas gudang, karena keterbatasan prasarana sekolah untuk penyelenggaraan pendidikan secara normal.
Menurut keterangan salah satu guru SDN 3 Serut, Harminingsih di Tulungagung, Jumat, kondisi itu sudah berlangsung hampir 10 tahun akibat ruang kelas yang masih kurang.
"Kami berharap bisa segera membangun kelas baru, namun anggarannya belum disetujui," katanya.
Proposal penambahan ruang kelas baru sudah berulang kali diajukan. Namun, sampai saat ini, kata dia, belum ada respons. Dinas Pendidikan, bahkan tak pernah memberikan tanggapan atas surat pengajuan kelas baru yang dikirim resmi oleh SDN 3 Serut.
"Sebenarnya pondasi sudah ada, namun pengajuan kami tidak pernah ada jawaban dari dinas," katanya.
Saat ini, tempat belajar siswa kelas 2 hanyalah di bangunan terbuka bersekat triplek setinggi satu meter yang sudah banyak yang rusak. Akibatnya, 26 siswa harus belajar berdesakan di tempat parkir berukuran sekitar 3 x 7 meter yang difungsikan sebagai kelas darurat.
"Kalau hujan terpaksa kegiatan belajar ditiadakan karena air masuk," katanya.
Kondisi itu masih diperburuk oleh polusi udara akibat bau kotoran sapi dan kambing di sekitar SDN 3 Serut. Dengan demikian, kenyamanan siswa saat mengikuti mata pelajaran terganggu.
Mereka tidak bisa 100 persen fokus pada pelajaran yang diajarkan guru karena berada di ruang yang setengah terbuka dan mudah terganggu dari lingkungan luar maupun internal.*
Menurut keterangan salah satu guru SDN 3 Serut, Harminingsih di Tulungagung, Jumat, kondisi itu sudah berlangsung hampir 10 tahun akibat ruang kelas yang masih kurang.
"Kami berharap bisa segera membangun kelas baru, namun anggarannya belum disetujui," katanya.
Proposal penambahan ruang kelas baru sudah berulang kali diajukan. Namun, sampai saat ini, kata dia, belum ada respons. Dinas Pendidikan, bahkan tak pernah memberikan tanggapan atas surat pengajuan kelas baru yang dikirim resmi oleh SDN 3 Serut.
"Sebenarnya pondasi sudah ada, namun pengajuan kami tidak pernah ada jawaban dari dinas," katanya.
Saat ini, tempat belajar siswa kelas 2 hanyalah di bangunan terbuka bersekat triplek setinggi satu meter yang sudah banyak yang rusak. Akibatnya, 26 siswa harus belajar berdesakan di tempat parkir berukuran sekitar 3 x 7 meter yang difungsikan sebagai kelas darurat.
"Kalau hujan terpaksa kegiatan belajar ditiadakan karena air masuk," katanya.
Kondisi itu masih diperburuk oleh polusi udara akibat bau kotoran sapi dan kambing di sekitar SDN 3 Serut. Dengan demikian, kenyamanan siswa saat mengikuti mata pelajaran terganggu.
Mereka tidak bisa 100 persen fokus pada pelajaran yang diajarkan guru karena berada di ruang yang setengah terbuka dan mudah terganggu dari lingkungan luar maupun internal.*
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018
Tags: