Kemenristekdikti : bumdes harus lakukan inovasi
19 Oktober 2018 17:55 WIB
Perajin menyelesaikan pembuatan kerajinan hiasan topeng tembaga di sebuah industri rumahan di Desa Mijen, Kebonagung, Demak, Jawa Tengah, Jumat (4/8/2017). Untuk meningkatkan perekonomian warga, pihak desa setempat melalui program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menargetkan pada 2018 desa tersebut menjadi rintisan sentra industri beraneka kerajinan logam di Kabupaten Demak yang dapat menyerap ratusan tenaga kerja masyarakat pedesaan. (ANTARA FOTO/Aji Styawan)
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Jumain Ape mengatakan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) harus melakukan inovasi.
"Kami mendorong adanya inovasi yang dilakukan di desa-desa. Kami akan membantu dari sisi teknologinya," ujar Jumain dalam acara konferensi pers di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, inovasi bukan hanya dari sisi teknologi tapi juga bisnisnya. Untuk itu, penting bagi BUMDes melakukan inovasi, karena jika membangun desa tanpa adanya inovasi maka akan jalan di tempat.
Dia menyarankan agar desa-desa yang sudah bagus infrastrukturnya untuk melakukan inovasi. Menurut dia, banyak persoalan di masyarakat yang membutuhkan solusi.
"Contohnya inovasi di bidang perikanan, bagaimana caranya agar ikan yang baru ditangkap bisa tahan lama dan tidak busuk," terang dia.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menyebutkan sudah ada lebih dari 30.000 inovasi desa yang bisa menjadi inspirasi dan direplikasi bagi desa-desa lainnya.
"Kami memiliki inovasi desa dari seluruh penjuru desa. Tiap inovasi kita dokumentasikan dalam bentuk tertulis maupun video sehingga mudah dilihat oleh masyarakat desa. Sekarang sudah ada lebih dari 30.000 inovasi yang bisa dicontoh desa-desa lainnya," tutur Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo.
Menteri Eko menambahkan, implementasi Program Inovasi Desa (PID) tersebut turut dibantu pendampingannya. Selain itu, desa-desa juga diberi insentif agar terstimulan memunculkan inovasi-inovasi baru. Dengan demikian, lanjutnya, desa-desa tersebut diharapkan bisa menjadi motor bagi desa-desa lain yang akan mencontoh inovasi yang berhasil dikembangkan.
Baca juga: BUMDes percepat pembangunan ekonomi lokal
Baca juga: Balkondes: dari BUMN untuk BUMDes
"Kami mendorong adanya inovasi yang dilakukan di desa-desa. Kami akan membantu dari sisi teknologinya," ujar Jumain dalam acara konferensi pers di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, inovasi bukan hanya dari sisi teknologi tapi juga bisnisnya. Untuk itu, penting bagi BUMDes melakukan inovasi, karena jika membangun desa tanpa adanya inovasi maka akan jalan di tempat.
Dia menyarankan agar desa-desa yang sudah bagus infrastrukturnya untuk melakukan inovasi. Menurut dia, banyak persoalan di masyarakat yang membutuhkan solusi.
"Contohnya inovasi di bidang perikanan, bagaimana caranya agar ikan yang baru ditangkap bisa tahan lama dan tidak busuk," terang dia.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menyebutkan sudah ada lebih dari 30.000 inovasi desa yang bisa menjadi inspirasi dan direplikasi bagi desa-desa lainnya.
"Kami memiliki inovasi desa dari seluruh penjuru desa. Tiap inovasi kita dokumentasikan dalam bentuk tertulis maupun video sehingga mudah dilihat oleh masyarakat desa. Sekarang sudah ada lebih dari 30.000 inovasi yang bisa dicontoh desa-desa lainnya," tutur Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo.
Menteri Eko menambahkan, implementasi Program Inovasi Desa (PID) tersebut turut dibantu pendampingannya. Selain itu, desa-desa juga diberi insentif agar terstimulan memunculkan inovasi-inovasi baru. Dengan demikian, lanjutnya, desa-desa tersebut diharapkan bisa menjadi motor bagi desa-desa lain yang akan mencontoh inovasi yang berhasil dikembangkan.
Baca juga: BUMDes percepat pembangunan ekonomi lokal
Baca juga: Balkondes: dari BUMN untuk BUMDes
Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018
Tags: