Jakarta (ANTARA News) - Kalangan produsen pupuk siap mendukung program Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan rawa pasang surut dan lebak guna mengantarkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia pada 2045 dengan teknologi peningkatkan produksi padi di lahan tersebut.
Saat ini, produktivitas lahan suboptimal, pasang surut, rawa lebak/gambu relatif rendah yaitu sekitar 3-4 ton/ha, untuk itu PT Indo Acidatama, produsen pupuk telah menyiapkan teknologi pupuk Beka Gambut sebagai solosi mengatasi persoalan tersebut.
"Dengan menggunakan pupuk cair Beka, produksi bisa naik dua kali lipat. Jika produksi semula 3,5 ton/ha, setelah pakai pupuk Beka, produksi bisa mencapai 7 ton/ha,” kata Kepala Divisi Marketing PT Indo Acidatama Tbk Edy Darmawan di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, sarana produksi ini mampu menaikkan pH tanah, rawa, pasang surut dan tanah lebak.
Pada peringatan Hari Pangan Sedunia Ke-38, Kamis (18/10), ia mengatakan, pihaknya ikut berperan serta dengan melakukan demplot di lahan rawa lebak di Desa Jejangkit, Kecamatan Jejangkit Muara, Kabupaten Barito Kuala, Kalsel seluas 15,5 ha dengan menggunakan bibit IPB-3S, Padi Mikongga, Padi Hibrida Suppadi 89 juga padi INPARA 2.
"Hasil panen demplot kami, produktivitas tanaman padi meningkat dua kali lipat," ujarnya.
Menurut dia, produktivitas tanaman padi di lahan rawa lebak dan pasang surut rendah, karena keasaman tanah cukup tinggi, untuk itu pupuk Beka Gambut, dapat menaikan pH tanah, sehingga produksi menjadi tinggi.
Selain meningkatkan produktivitas tanaman, pupuk Beka Gambut, dapat menekan biaya produksi sekitar Rp1,5 juta/ha.
Jika selama ini, petani lahan rawa atau lebak menggunakan pupuk dolomit/kapur untuk meningkatkan pH, biayanya cukup tinggi yakni untuk kebutuhan 1 ha mencapai 2 ton senilai Rp2 juta, namun dengan menggunakan pupuk Beka, biaya bisa ditekan hanya Rp500ribu/ha.
Pada 2017, menurut Edy, pihaknya bersama Badan Restorasi Gambur (BRG) melakukan uji coba di Kalimantan Tengah yang mana hasilnya produktivitas tanaman padi meningkat dua kali lipat.
Dia menilai kebijakan pemerintah mengembangkan lahan pasang surut, dan lahan rawa sangat tepat, alasannya potensi lahan sub-optimal cukup besar, selain itu biaya pengolahan lahan lebih kecil jika dibandingkan dengan cetak sawah baru.
Menurut Edy, lahan rawa atau pasang surut (gambut) bisa di kelola pH-nya dan diatur tata kelola airnya, sehingga memungkinkan untuk di tanami berbagai jenis benih padi.
"Yang penting lagi, jika tata kelola air baik, maka lahan ini bisa ditanami dua kali setahun," ujarnya.
Baca juga: Mentan sebut pemanfaatan lahan rawa solusi saat paceklik pangan
Baca juga: Peringatan Hari Pangan optimalkan lahan rawa
Produsen pupuk siapkan teknologi peningkatan produksi padi di lahan rawa
19 Oktober 2018 16:31 WIB
Demplot padi lahan gambut dengan teknologi tanpa kapur. (Istimewa)
Pewarta: Subagyo
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: