Merespons kebijakan insentif pajak, rupiah menguat
19 Oktober 2018 10:17 WIB
Petugas menghitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (24/5/2018). Meski rupiah sempat menyentuh hingga level Rp14.200 per dolar Amerika, nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis (24/5/2018) ditutup menguat 0,53 persen atau 76 poin ke level Rp14.133 per dolar Amerika. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi, bergerak menguat sebesar 22 poin menjadi Rp15.191 dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.213 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Jumat mengatakan pelaku pasar merespons positif kebijakan pemerintah yang memberikan fasilitas insentif perpajakan.
"Pemerintah memberikan insentif kepada pelaku usaha, diharapkan berdampak signifikan kepada peningkatan kegiatan perekonomian," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, apresiasi rupiah juga memfaktorkan teknikal dimana sebagian pelaku pasar memanfaatkan posisi dolar AS yang telah tinggi untuk ambil untung.
Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi rupiah diproyeksikan relatif terbatas menyusul kuatnya ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga AS.
"Kenaikan rupiah relatif masih rapuh seiring dengan dirilisnya hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada September lalu, yang mengindikasikan kenaikan lanjutan dari suku bunga The Fed," katanya.
Kepala Riset Monex Investondo Futures, Ariston Tjendra menambahkan hasil pertemuan the Fed yang bernada hawkish terhadap kenaikan suku bunga mash membayangi pergerakan rupiah.
"Pergerakan dolar AS masih cukup solid pasca pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang hawkish terhadap suku bunga the Fed," katanya.
Baca juga: Rupiah kembali menguat jadi Rp15.140
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Jumat mengatakan pelaku pasar merespons positif kebijakan pemerintah yang memberikan fasilitas insentif perpajakan.
"Pemerintah memberikan insentif kepada pelaku usaha, diharapkan berdampak signifikan kepada peningkatan kegiatan perekonomian," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, apresiasi rupiah juga memfaktorkan teknikal dimana sebagian pelaku pasar memanfaatkan posisi dolar AS yang telah tinggi untuk ambil untung.
Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi rupiah diproyeksikan relatif terbatas menyusul kuatnya ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga AS.
"Kenaikan rupiah relatif masih rapuh seiring dengan dirilisnya hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada September lalu, yang mengindikasikan kenaikan lanjutan dari suku bunga The Fed," katanya.
Kepala Riset Monex Investondo Futures, Ariston Tjendra menambahkan hasil pertemuan the Fed yang bernada hawkish terhadap kenaikan suku bunga mash membayangi pergerakan rupiah.
"Pergerakan dolar AS masih cukup solid pasca pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang hawkish terhadap suku bunga the Fed," katanya.
Baca juga: Rupiah kembali menguat jadi Rp15.140
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: