Sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi, Al-Quds (Yerusalem) sudah menjadi kota berperadaban dan merupakan wilayah yang selalu diperebutkan oleh kekuatan-kekuatan besar dunia.

Pada tahun 1000 SM, Al-Quds berada di bawah kekuasaan Raja Israel David, kemudian berpindah ke tangan Raja Solomon yang membangun Al-Quds sebagai ibu kota spiritual bagi umat Yahudi.

Al Quds juga pernah dikuasai oleh Babylonia pada 586 SM, kemudian dihancurkan oleh Nebukadnezar, dan pada 332 SM diambil alih oleh Aleksander Yang Agung serta Dinasti Ptolemeik dan Kekaisaran Seleukia pada tahun-tahun berikutnya.

Menjelang tahun 1 Masehi, saat Al-Quds dipimpin oleh Kekaisaran Romawi, kota suci tersebut menjadi saksi kelahiran Yesus Kristus, yang oleh umat Kristen diyakini sebagai Anak Tuhan, sedangkan kaum Muslim mengimaninya sebagai seorang nabi bernama Isa `alaihi salam.

Pada masa-masa selanjutnya Al-Quds yang termasuk salah satu kota tertua di dunia itu berkali-kali ditaklukan, dihancurkan, dan dibangun kembali.

Bahkan hingga kini Al-Quds tetap menjadi palagan, khususnya bagi rakyat Palestina yang ingin mendapatkan kembali kemerdekaan dan kebebasan mereka yang telah dirampas oleh zionis Israel sejak lebih dari tujuh dekade yang lalu.

Perlawanan sengit rakyat Palestina melawan penjajah zionis menjadi isu sentral dalam akun media sosial dari aktivis kemanusiaan Indonesia yang menetap di Gaza, Palestina, Abdillah Onim.

Aktivis asal Maluku itu rajin mengunggah foto dan video para pemuda, kaum perempuan, bahkan orang-orang tua Palestina yang berani menghadang peluru dan roket-roket militer Israel untuk mempertahankan dan merebut kembali tanah air mereka.

Akun Bang Onim, demikian aktivis itu biasa dipanggil, juga penuh dengan gambar Masjidil Aqsa di area Al-Quds Asy-Syarif dan kegiatan ibadah Muslim Palestina di masjid itu meski di bawah tekanan militer Zionis.



Tetap Berdenyut

Namun, Palestina tak melulu berisi perang. Kehidupan rakyat Palestina tetap berdenyut meski mungkin dengan nafas yang tersengal-sengal.

Selain gambar-gambar heroik nan mengharukan itu, Bang Onim juga mengunggah foto dan video kebun-kebun kurma dan anggur warga Gaza yang subur dengan para petani yang sedang memanen hasil pertanian mereka, di samping tentang keramaian pasar dan kegembiraan anak-anak Palestina saat menerima paket sekolah dari para donatur Indonesia.

Oleh karena itu, Palestina juga negeri yang sangat layak dikunjungi. Bahkan, bagi pengunjung Muslim sebab Palestina memiliki nilai relijius dalam sejarah dan ajaran Islam.

Menteri Luar Negeri Palestina Riad Al-Maliki mengajak masyarakat Indonesia untuk mengunjungi Al-Quds.

Menurut Al-Maliki, kunjungan warga Indonesia ke Al-Quds lebih menegaskan lagi dukungan bangsa Indonesia atas perjuangan Palestina dalam mencapai kemerdekaan.

Al-Maliki mengatakan dukungan moral yang selama ini telah ditunjukan oleh Indonesia telah menjadi kekuatan tersendiri bagi Palestina.

"Solidaritas dan dukungan yang diberikan masyarakat Indonesia kepada Palestina sangatlah penting, karena hal tersebut menguatkan keyakinan kami akan adanya harapan," katanya saat memberikan kuliah umum di kampus Universitas Indonesia di Jakarta, baru-baru ini.

Al-Quds seharusnya menjadi salah satu tujuan kunjungan Muslim seluruh dunia, termasuk Indonesia, karena dalam Islam, Al-Quds Asy-Syarif merupakan salah satu kota suci umat Islam, selain Mekkah di mana Masjidil Haram berada dan Madinah karena di tempat itu terletak Masjid Nabawi.

Al-Quds Asy-Syarif adalah lokasi Masjidil Aqsha berada, yang merupakan masjid ke dua yang dibangun di Bumi ini setelah Masjidil Haram di Mekkah.

Masjid ini merupakan kiblat pertama kaum Muslim selama 14 atau 17 bulan sebelum ada petunjuk wahyu untuk memerintahkan umat Islam mengubah arah ibadah mereka ke Masjidil Haram di mana Ka'bah berdiri.

Perjalanan ke Al-Quds juga sangat bernilai bagi Muslim karena Masjidil Aqsha juga merupakan salah satu bagian dari perjalanan suci dari Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa salam dalam peristiwa Isra Miraj.

Selain itu, berkunjung ke Masjidil Aqsha merupakan perintah Nabi Muhammad SAW meski perjalanan tersebut harus ditempuh dengan bersusah payah.

"Jika setiap tahunnya ada satu juta warga Indonesia yang melakukan ibadah umrah ke Arab Saudi, mungkin dapat pula melakukan perjalanan ke Yerusalem, untuk mengunjungi Masjidil Aqsha dan menetap selama dua atau tiga hari di sana," kata Menteri Al-Maliki.

Kunjungan itu, tambahnya, akan membantu perekonomian warga Palestina yang berada di Yerusalem.

"Itu akan menggerakkan ekonomi mereka, dan menjadi bentuk dari solidaritas. Itu akan menguatkan Palestina untuk melawan tekanan yang ada di Yerusalem," kata Al-Maliki.

Dukungan atas perjuangan rakyat Palestina merebut kemerdekaan dari penjajah zionis merupakan bagian dari politik luar negeri Indonesia.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan bahwa Indonesia selalu berada di garda terdepan untuk mendukung Palestina.

"Pemerintah Indonesia dan diplomasi Indonesia selalu berada di garda paling depan saat kita membahas isu Pelestina," ujar dia di panggung perdamaian dan kemanusiaan di Jakarta yang digelar sebagai salah satu rangkaian dari acara Pekan Solidaritas untuk Palestina.

Kegiatan yang berlangsung pada 13-17 Oktober 2018 telah dimulai di Bandung dengan peresmian Palestine Walk di Jalan Alun-Alun Timur Kota Bandung, pada 13 Oktober 2018.

Setelah menunaikan haji atau umrah di Mekkah dan menjalankan serangkaian ibadah di Masjid Nabawi, Madinah maka Al-Quds seharusnya dimasukkan dalam rencana perjalanan sebagai tujuan berikutnya.*

Baca juga: Kemenlu adakan pekan solidaritas untuk Palestina

Baca juga: Palestina siap kirim tim insinyur-medis ke Palu