Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memahami bahwa perubahan iklim global sangat mempengaruhi kebutuhan pangan global sehingga budi daya perikanan harus memiliki inovasi yang berbasis perubahan iklim.

"Kalau kita lihat data FAO dan prediksi peran akuakultur (budi daya) ke depan, maka sudah saatnya kita melakukan inovasi teknologi akuakultur berkelanjutan yang berbasis mitigasi perubahan iklim," kata Dirjen Perikanan Budi daya KKP Slamet Soebjakto, di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, hal itu penting agar di satu sisi produktivitas tetap optimal, sedangkan di sisi lain efek dari perubahan iklim tersebut dapat dikendalikan dengan baik.

Ia mengungkapkan, KKP telah memperkirakan berbagai kemungkinan dampak yang berkaitan dengan tantangan akuakultur ke depan.

Untuk mendorong pemenuhan kebutuhan pangan berkelanjutan, pihaknya telah mendorong berbagai inovasi akuakultur yang orientasinya untuk meningkatkan produktivitas dan berbasis mitigasi.

Slamet memaparkan, berbagai teknologi akuakultur yang mulai berkembang tersebut antara lain penerapan "integrated multitrophic aquaculture" (IMTA), serta pengembangan teknologi bioflok yang memungkinkan peningkatan produktivitas tinggi, ramah lingkunganan efisien dalam penggunaan lahan dan sumberdaya air.

Kemudian, pengembangan minapadi, pengembangan "recirculating aquaculture system" (RAS) atau sistem tertutup yang mampu menggenjot produktivitas hingga 100 kali lipat, efisien dalam penggunaan air dan lahan, teknologi ultrafine bubble oksigen yang mampu meningkatkan produktifitas, serta mendorong pengembangan budidaya ikan lokal seperti papuyu, belida, tawes, semah, gabus, ikan batak, dan jenis lokal lainnya.

"Inovasi-inovasi teknologi semacam inilah yang akan terus kita dorong dan diaplikasikan di masyarakat secara masif, sehingga tantangan berkaitan dengan penurunan daya dukung dan perubahan iklim ini dapat diantisipasi sejak dini. Saya rasa ini langkah strategis untuk mewujudkan pangan berkelanjutan," tegas Dirjen Perikanan Budi daya.

Terkait strategi kebijakan dalam upaya mitigasi perubahan iklim dan lingkungan global terhadap usaha akuakultur, Slamet membeberkan bahwa sejumlah poin penting yang perlu dilakukan, yakni pengelolaan akuakultur melalui pendekatan ekosistem.

Poin lainnya adalah asuransi pembudi daya ikan sebagai bagian dari langkah adaftif dari sisi ekonomi, pengembangan teknologi akuakultur yang adaptif dan berbasis mitigasi, serta penentuan zonasi yang tepat sebagai langkah adaptasi yang penting dalam mengantisipasi perubahan iklim.

Baca juga: Industri perikanan diajak memanfaatkan hasil riset KKP