Pergerakan rupiah masih dibayangi kenaikan bunga The Fed
18 Oktober 2018 10:40 WIB
Ilustrasi: Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta (ANTARA /Puspa Perwitasari)
Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang berada pada posisi Rp15.160 per dolar saat transaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi, masih dibayangi indikasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed).
Hal itu dikemukakan Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kami. Ia mengatakan dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang utama dunia pasca rilis notulensi rapat The Fed pada bulan September lalu yang mengindikasikan kenaikan suku bunga The Fed.
"The Fed kemungkinan akan tetap melanjutkan kenaikan tingkat suku bunganya untuk menjaga ekonomi Amerika Serikat tetap stabil," katanya.
Baca juga: Dolar AS menguat didukung risalah pertemuan terakhir Fed
Dolar AS, lanjut dia, kembali menjadi mata uang safe haven di tengah ekspektasi investor bahwa suku bunga the Fed akan kembali naik.
"Sentimen dari AS mendorong pelemahan mata uang negara berkembang seperti yuan Tiongkok. Pelemahan yuan itu berdampak pada pergerakan rupiah," katanya.
Sementara itu, Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan ekspektasi membaiknya penerimaan negara sehingga dapat mengurangi defisit anggaran di bawah 2,2 persen dari PDB akan menjadi sentimen yang dapat menjaga fluktuasi rupiah.
"Diharapkan tekanan global dapat lebih berkurang sehingga sentimen domestik itu dapat menopang rupiah," katanya.
Baca juga: Harga minyak AS jatuh di bawah 70 dolar
Hal itu dikemukakan Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kami. Ia mengatakan dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang utama dunia pasca rilis notulensi rapat The Fed pada bulan September lalu yang mengindikasikan kenaikan suku bunga The Fed.
"The Fed kemungkinan akan tetap melanjutkan kenaikan tingkat suku bunganya untuk menjaga ekonomi Amerika Serikat tetap stabil," katanya.
Baca juga: Dolar AS menguat didukung risalah pertemuan terakhir Fed
Dolar AS, lanjut dia, kembali menjadi mata uang safe haven di tengah ekspektasi investor bahwa suku bunga the Fed akan kembali naik.
"Sentimen dari AS mendorong pelemahan mata uang negara berkembang seperti yuan Tiongkok. Pelemahan yuan itu berdampak pada pergerakan rupiah," katanya.
Sementara itu, Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan ekspektasi membaiknya penerimaan negara sehingga dapat mengurangi defisit anggaran di bawah 2,2 persen dari PDB akan menjadi sentimen yang dapat menjaga fluktuasi rupiah.
"Diharapkan tekanan global dapat lebih berkurang sehingga sentimen domestik itu dapat menopang rupiah," katanya.
Baca juga: Harga minyak AS jatuh di bawah 70 dolar
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018
Tags: