Iluni UI bangun sekolah tanggap bencana di Lombok
17 Oktober 2018 21:11 WIB
Sejumlah siswa belajar di tenda sekolah darurat di SDN 1 Guntur Macan Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Jumat (28/9). Menurut data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat, sebanyak 158 gedung SD mengalami kerusakan akibat gempa di wilayah Lombok Barat dan 12 sekolah diantaranya dalam kondisi rusak berat yang akan ditangani perbaikannya oleh Kementerian PUPR. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/aww.
Jakarta (ANTARA News) - Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) membangun sekolah tanggap bencana di sejumlah daerah yang terkena dampak bencana di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
"Membangun kembali prasarana pascabencana sangat penting sebagai upaya pemulihan kehidupan sehari-hari masyarakat. Kami sengaja membangun sekolah yang permanen, bukan lagi sekolah darurat untuk membantu memulihkan psikologis siswa yang terkena bencana," ujar Ketua Kelompok Keilmuan Perancangan dari Departemen Arsitektur Fakultas Tekni UI, Pro Yandi Andri Yatmo, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.
Sekolah Indonesia adalah sebuah inisiatif untuk mewujudkan sekolah tanggap bencana. Pembangunan sekolah tersebut merupakan program dari Ikatan alumni Arsitektur FTUI dan Ikatan Alumni FTUI, FTUI, dan Fusi Foundation.
Untuk tahap awal, pembangunan berlokasi di Desa Kerandangan, Batulayar, Lombok Barat. Sekolah yang dibangun terdiri dari enam ruang kelas, satu perpustakaan dan satu ruang guru. Dinding sekolah tersebut tidak terbuat dari bata melainkan sejenis gipsum yang tahan air dan gempa. Hal itu dilakukan karena sebagian besar, masyarakat cedera ketika gempa dikarenakan dinding.
"Untuk biaya per unit mencapai Rp390 juta."
Pihak ILUNI UI menargetkan bisa membuat setidaknya lima sekolah tanggap bencana di Lombok. Sekolah tersebut terdiri dari unit-unit yang fleksibel dan dapat dibongkar pasang, serta bisa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan situasi di setiap lokasi.
"Kami tidak hanya sekedar membangun fisik sekolah, namun membagun ekosistem belajar yang menyenangkan," jelas dia.
Dekan FTUI Hendri DS Budiono, mengatakan pihaknya sangat mendukung apa yang dilakukan oleh ILUNI dan juga FTUI. Apalagi sekolah tersebut merupakan hasil penelitian yang dikemudian dihilirisasi.
Selain itu, ILUNI UI juga mengajak masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam membangun kembali kehidupan masyarakat di pascabencana.
"Selain sekolah, kami juga membangun naungan sementara berbasis keberlanjutan yakni "Antara," kata Kepala Tim Desain dan Riset Antara, Farizzky Astrawinata.
Antara merupakan naungan sementara yang berupa hunian dengan modul rangka 2,5 x 4,95 meter dengan bahan material besi 5x5 cm. Fokus utama dari Antara memberikan material kuat tahan gempa untuk menumbuhkembangkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap arsitektur sebagai naungan tempat mereka berlindung.
Pihak ILUNI UI akan membangun sebanyak 20 Antara di Lombok. Setelah keadaan kembali normal, bangunan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pasar ataupun balai pertemuan.
Ke depan tak hanya di Lombok, pihaknya juga akan membangunnya di Palu. Farizzky juga mengajak masyarakat untuk turut serta membantu masyarakat yang terkena dampak bencana.
Baca juga: Presiden: sekolah roboh di Lombok segera dibangun
"Membangun kembali prasarana pascabencana sangat penting sebagai upaya pemulihan kehidupan sehari-hari masyarakat. Kami sengaja membangun sekolah yang permanen, bukan lagi sekolah darurat untuk membantu memulihkan psikologis siswa yang terkena bencana," ujar Ketua Kelompok Keilmuan Perancangan dari Departemen Arsitektur Fakultas Tekni UI, Pro Yandi Andri Yatmo, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.
Sekolah Indonesia adalah sebuah inisiatif untuk mewujudkan sekolah tanggap bencana. Pembangunan sekolah tersebut merupakan program dari Ikatan alumni Arsitektur FTUI dan Ikatan Alumni FTUI, FTUI, dan Fusi Foundation.
Untuk tahap awal, pembangunan berlokasi di Desa Kerandangan, Batulayar, Lombok Barat. Sekolah yang dibangun terdiri dari enam ruang kelas, satu perpustakaan dan satu ruang guru. Dinding sekolah tersebut tidak terbuat dari bata melainkan sejenis gipsum yang tahan air dan gempa. Hal itu dilakukan karena sebagian besar, masyarakat cedera ketika gempa dikarenakan dinding.
"Untuk biaya per unit mencapai Rp390 juta."
Pihak ILUNI UI menargetkan bisa membuat setidaknya lima sekolah tanggap bencana di Lombok. Sekolah tersebut terdiri dari unit-unit yang fleksibel dan dapat dibongkar pasang, serta bisa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan situasi di setiap lokasi.
"Kami tidak hanya sekedar membangun fisik sekolah, namun membagun ekosistem belajar yang menyenangkan," jelas dia.
Dekan FTUI Hendri DS Budiono, mengatakan pihaknya sangat mendukung apa yang dilakukan oleh ILUNI dan juga FTUI. Apalagi sekolah tersebut merupakan hasil penelitian yang dikemudian dihilirisasi.
Selain itu, ILUNI UI juga mengajak masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam membangun kembali kehidupan masyarakat di pascabencana.
"Selain sekolah, kami juga membangun naungan sementara berbasis keberlanjutan yakni "Antara," kata Kepala Tim Desain dan Riset Antara, Farizzky Astrawinata.
Antara merupakan naungan sementara yang berupa hunian dengan modul rangka 2,5 x 4,95 meter dengan bahan material besi 5x5 cm. Fokus utama dari Antara memberikan material kuat tahan gempa untuk menumbuhkembangkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap arsitektur sebagai naungan tempat mereka berlindung.
Pihak ILUNI UI akan membangun sebanyak 20 Antara di Lombok. Setelah keadaan kembali normal, bangunan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pasar ataupun balai pertemuan.
Ke depan tak hanya di Lombok, pihaknya juga akan membangunnya di Palu. Farizzky juga mengajak masyarakat untuk turut serta membantu masyarakat yang terkena dampak bencana.
Baca juga: Presiden: sekolah roboh di Lombok segera dibangun
Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018
Tags: