Indonesia perlu bangun budaya menonton film
17 Oktober 2018 16:09 WIB
Ketua Bidang Festival Internasional dan Hubungan Luar Negeri Badan Perfilman Indonesia Dimas Jayasrana. (ANTARA/Aditya Ramadhan)
New Delhi (ANTARA News) - Badan Perfilman Indonesia (BPI) menekankan pentingnya para pemangku kepentingan bidang perfilman di Indonesia untuk membangun budaya menonton film di masyarakat.
Ketua Bidang Festival Internasional dan Hubungan Luar Negeri BPI Dimas Jayasrana mengatakan dalam salah satu kesempatan di New Delhi, Rabu, Indonesia saat ini belum memiliki dan belum membangun kultur yang baik di masyarakat untuk menonton film.
Budaya menonton film tersebut tentu saja tidak bisa serta merta dihasilkan, melainkan dibentuk melalui berbagai kebijakan yang bisa menarik masyarakat lebih banyak untuk datang ke bioskop.
"Sudah selayaknya, penonton pun mendapatkan fasilitas tertentu dari industri dalam berbagai bentuk," kata Dimas.
Dimas mengambil contoh industri perfilman di Eropa seperti Prancis dan Belanda yang mewajibkan asosiasi bioskop untuk membuat rentang harga tiket yang berbeda bagi pelajar atau mahasiswa.
Pelajar atau mahasiswa bisa diberikan harga khusus, misalnya dengan kartu berlangganan menonton film selama periode enam bulan atau satu tahun yang harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan harga tiket secara reguler.
Dia mengatakan hal seperti itu salah satu upaya membangun budaya menonton di masyarakat agar datang ke bioskop dan menonton film. Di lain hal, juga menjadi suatu fasilitas khusus yang diberikan kepada penonton untuk kemudian menjaring penonton di film-film berikutnya.
Menurut Dimas, pemerintah Indonesia bersama asosiasi harus bekerja sama untuk menelurkan kebijakan yang dapat membangun kultur menonton film masyarakat.
"Pemerintah meminta asosisasi membuat formula yang baik atas perintah tersebut. Intinya jangan sampai mereka gabisa nonton film di bioskop," jelas Dimas.
Dimas menyebutkan alasan negara seperti India bisa terkenal di seluruh dunia dalam industri perfilmannya yaitu Bollywood, karena negara yang memiliki keterikatan dengan Indonesia ini telah memiliki budaya menonton film di masyarakatnya.
"Membentuk budaya menonton film, itu yang India punya. Film domestik India itu menguasai mungkin 90 persen 'market share' nasional mereka. 'Film part of their religion', bintang film itu bisa jadi pahlawan nasional seperti Amitabh Bachchan," kata dia.
Namun Dimas menekankan bahwa hal seperti itu yang ada di India tidak hadir begitu saja, melainkan muncul karena membujuk publiknya untuk menonton film.
Ketua Bidang Festival Internasional dan Hubungan Luar Negeri BPI Dimas Jayasrana mengatakan dalam salah satu kesempatan di New Delhi, Rabu, Indonesia saat ini belum memiliki dan belum membangun kultur yang baik di masyarakat untuk menonton film.
Budaya menonton film tersebut tentu saja tidak bisa serta merta dihasilkan, melainkan dibentuk melalui berbagai kebijakan yang bisa menarik masyarakat lebih banyak untuk datang ke bioskop.
"Sudah selayaknya, penonton pun mendapatkan fasilitas tertentu dari industri dalam berbagai bentuk," kata Dimas.
Dimas mengambil contoh industri perfilman di Eropa seperti Prancis dan Belanda yang mewajibkan asosiasi bioskop untuk membuat rentang harga tiket yang berbeda bagi pelajar atau mahasiswa.
Pelajar atau mahasiswa bisa diberikan harga khusus, misalnya dengan kartu berlangganan menonton film selama periode enam bulan atau satu tahun yang harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan harga tiket secara reguler.
Dia mengatakan hal seperti itu salah satu upaya membangun budaya menonton di masyarakat agar datang ke bioskop dan menonton film. Di lain hal, juga menjadi suatu fasilitas khusus yang diberikan kepada penonton untuk kemudian menjaring penonton di film-film berikutnya.
Menurut Dimas, pemerintah Indonesia bersama asosiasi harus bekerja sama untuk menelurkan kebijakan yang dapat membangun kultur menonton film masyarakat.
"Pemerintah meminta asosisasi membuat formula yang baik atas perintah tersebut. Intinya jangan sampai mereka gabisa nonton film di bioskop," jelas Dimas.
Dimas menyebutkan alasan negara seperti India bisa terkenal di seluruh dunia dalam industri perfilmannya yaitu Bollywood, karena negara yang memiliki keterikatan dengan Indonesia ini telah memiliki budaya menonton film di masyarakatnya.
"Membentuk budaya menonton film, itu yang India punya. Film domestik India itu menguasai mungkin 90 persen 'market share' nasional mereka. 'Film part of their religion', bintang film itu bisa jadi pahlawan nasional seperti Amitabh Bachchan," kata dia.
Namun Dimas menekankan bahwa hal seperti itu yang ada di India tidak hadir begitu saja, melainkan muncul karena membujuk publiknya untuk menonton film.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018
Tags: