Keberadaannya menarik beberapa delegasi pertemuan tahunan IMF-WB yang melintas ruang pameran di kawasan Hotel Westin, Nusa Dua.
The Tripper adalah "gitar pintar" buatan Stranough Guitar Technology, Bandung.
Bentuknya ramping dengan desain sederhana namun cerdas serta portabel karena bisa dimainkan di mana saja dan kapan saja.
Tak perlu harus selalu disambungkan pada amplifier supaya suaranya keluar, tapi cukup dengan memasang headset pada headset output pada kepala kabinet amplifier, atau dikombinasikan dengan smartphone untuk menghasilkan voltase suara rendah dan tidak bising.
Agar mendapatkan suara rendah, The Tripper dilengkapi preamps atau kontrol amplifier dengan baterai 9 volt untuk output headphone.
"Nama The Tripper diambil dari trip, atau perjalanan. Jadi gitar ini bisa dimainkan di mana saja termasuk saat orang sedang melakukan perjalanan. Gitar ini kecil, beratnya tidak sampai dua kilo gram, bisa masuk kabin dan ringkas," kata Willy, Quality Control Head dari Stranough Guitar Technology di Paviliun Indonesia pada Minggu (14/10).
Tampilan gitar memang terlihat seperti gitar buntung karena alat setem tidak dipasang di kepala gitar, melainkan pada bagian tubuh gitar.
Meski demikian, The Tripper tetap menggunakan tuning normal, walaupun bisa juga menggunakan tuning drop.
The Tripper sudah pasarkan ke Singapura, Tokyo, Hongkong, Sydney, Turki, Jerman, dan New York,
The Tripper bisa didapatkan di Indonesia ada di Wijaya Musik Blok M, kalau di luar negeri sudah ada di Mesir, Singapura dan Belanda.
Sejumlah musisi luar negeri menjadi penggemar gitar Stranough seperti Aaron Barrett dari Real Big Fish, grup ska legendaris dari California, AS.
Khusus untuk pameran di Paviliun Indonesia, UKM yang dibina oleh Bank Mandiri itu memboyong 10 gitar edisi terbatas yang diberi aksen batik pada badan gitarnya.
Gitar dibanderol dengan harga Rp6.250.000.
Sementara itu, Teresa Laoh, Duta BUMN yang bertugas memberi informasi bagi para delegasi yang berkunjung mengatakan banyak delegasi IMF-WB yang tertarik dengan gitar The Tripper.
"Kebanyakan delegasi dari Afrika yang tertarik karena bentuknya yang unik, mereka bertanya fungsinya seperti apa," kata Teresa.
Baca juga: Antara pamerkan karya foto di Paviliun Indonesia