Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi III DPR RI, Masinton Pasaribu menilai dimunculkannya kembali isu dugaan gratifikasi dari Basuki Hariman untuk memuluskan perkara penyelundupan tujuh kontainer daging sapi kepada petinggi jenderal polisi tidak lepas dari skenario permainan politik untuk percepatan suksesi kepemimpinan di institusi Kepolisian.

"Target utamanya adalah untuk mengganti Jenderal Polisi Tito Karnavian sebagai Kapolri," tegas Masinton, di Jakarta, Minggu.

Menurut dia, isu penerimaan gratifikasi sudah dianggap sangat seksi untuk dilempar ke publik karena dalam isu penanganan kasus terorisme Tito justru berhasil dan diakui dunia internasional.

"Saya membacanya sebagai permainan kolaborasi segitiga, saling tiktok melempar isu. Kolaborasi ini melibatkan kelompok pressure group, oknum sempalan di KPK dan oknum pejabat di Mabes Polri yang ngebet jadi Kapolri,” ujar politisi PDIP ini dalam siaran persnya.

Masinton menilai, kelompok tertentu telah memainkan publikasi isu melalui Indonesialeaks. Material isu utamanya disuplai dari oknum sempalan penyidik KPK dengan kasus gratifikasi impor daging yang melibatkan Basuki Hariman pemilik CV Sumber Laut Perkasa tersangka KPK dalam kasus suap kepada mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Patrialis Akbar.

Padahal, pimpinan KPK sebagai penanggung jawab tertinggi di institusi KPK sudah berkali-kali menjelaskan ke media dan juga di Komisi III DPR RI mengenai ketidak akuratan informasi tentang catatan penerima aliran dana kasus suap impor daging.

Bahkan, Basuki Hariman sendiri sebagai tersangka dalam penjelasannya di persidangan pengadilan tipikor telah membantah adanya catatan suap ke pejabat Kepolisian RI.

Menyikapi kembali digulirkannya isu tersebut Masinton menyarankan dilakukannya penyelidikan. Hal ini sekaligus sebagai warning bagi pihak yang ingin melakukan pembunuhan karakter menggunakan isu-isu negatif, salah satunya dengan tudingan korupsi.

"Kepolisian harus melakukan penyelidikan atas penyebaran isu ini. Karena jika dibiarkan, ke depannya pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab akan dengan mudah secara sepihak melakukan pembunuhan karakter terhadap orang lain yang dianggap sebagai rival dengan menggunakan isu korupsi," ujar Masinton.