Pertemuan IMF-WB
Pemerintah dorong industri nasional tingkatkan ekspor ke Vietnam
14 Oktober 2018 17:29 WIB
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika mendampingi Presiden Joko Widodo dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc, di Nusa Dua, Bali. (ANTARA News/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (Antara) - Pemerintah mendorong pelaku industri nasional untuk terus melakukan ekspansi dan investasi baru serta meningkatkan ekspor ke Vietnam, yang merupakan salah satu hasil pertemuan antara Presiden RI Joko Widodo dengan Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc, di Nusa Dua, Bali.
“Ada beberapa poin yang dibicarakan, antara lain Presiden Jokowi menyampaikan keinginannya agar pengusaha Indonesia menjajaki peluang pasar baru di Vietnam, antara lain untuk produk-produk farmasi dan alat-alat kesehatan,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu.
Pembicaraan tersebut dilakukan pada rangkaian kegiatan The Annual Meetings of International Monetary Fund - World Bank Group (IMF-WBG) 2018.
Menperin menjelaskan, Indonesia akan memanfaatkan potensi Vietnam guna menjadi tujuan pasar ekspor dan berperan sebagai rantai pasok tingkat regional bagi industri nasional.
Oleh karenanya, diharapkan pemerintah Vietnam dapat memberi kemudahan untuk Indonesia dengan menghapuskan beberapa hambatan perdagangan yang masih terjadi di antara kedua negara.
“Apalagi, Vietnam termasuk negara yang telah memiliki perjanjian kerja sama dengan Eropa dan Amerika Serikat. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu investor pertama yang ada di Vietnam. Ini menjadi potensi meningkatkan kemitraan bilateral yang strategis dan komprehensif,” paparnya.
Airlangga menyakini, kolaborasi ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kedua negara yang saling menguntungkan. Selain itu melengkapi kebutuhan masing-masing pihak terutama dalam menopang kegiatan sektor industri manufaktur.
“Indonesia dan Vietnam berkompetisi di sektor industri yang labor intensive. Tetapi Indonesia mempunyai struktur industri yang lebih dalam, seperti sektor petrokimia, baja, dan resources based,” tuturnya.
Langkah sinergi ini, lanjutnya, dapat mendukung implementasi industri 4.0 sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Bagi Indonesia, Vietnam merupakan potensi pasar yang baik dengan penduduk hampir 95 juta dan saat ini sudah ada beberapa perusahaan Indonesia yang beroperasi di Vietnam. Sekitar 50 perusahaan itu, antara lain sektor makanan dan minuman, plastik, semen, serta pelumas,” imbuhnya.
Menperin melihat, di tengah ketidakpastian perekonomian global, pelaku industri nasional masih punya kepercayaan diri yang tinggi untuk melakukan perluasan usaha di tingkat regional. Namun, agar mudah merealisasikannya, diperlukan penguatan kerja kedua belah pihak.
“Seperti yang disampaikan Presiden Jokowi melalui penggambaran dari sebuah serial Game of Thrones, di mana kita harus saling bekerja sama guna menyelamatkan kehidupan bersama kita,” ujarnya.
Contohnya, hasil upaya peningkatan kerja sama yang telah dilakukan RI-Vietnam, tren perdagangan kedua negara tercatat terus menanjak dalam beberapa tahun belakangan ini.
“Ada beberapa poin yang dibicarakan, antara lain Presiden Jokowi menyampaikan keinginannya agar pengusaha Indonesia menjajaki peluang pasar baru di Vietnam, antara lain untuk produk-produk farmasi dan alat-alat kesehatan,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu.
Pembicaraan tersebut dilakukan pada rangkaian kegiatan The Annual Meetings of International Monetary Fund - World Bank Group (IMF-WBG) 2018.
Menperin menjelaskan, Indonesia akan memanfaatkan potensi Vietnam guna menjadi tujuan pasar ekspor dan berperan sebagai rantai pasok tingkat regional bagi industri nasional.
Oleh karenanya, diharapkan pemerintah Vietnam dapat memberi kemudahan untuk Indonesia dengan menghapuskan beberapa hambatan perdagangan yang masih terjadi di antara kedua negara.
“Apalagi, Vietnam termasuk negara yang telah memiliki perjanjian kerja sama dengan Eropa dan Amerika Serikat. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu investor pertama yang ada di Vietnam. Ini menjadi potensi meningkatkan kemitraan bilateral yang strategis dan komprehensif,” paparnya.
Airlangga menyakini, kolaborasi ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kedua negara yang saling menguntungkan. Selain itu melengkapi kebutuhan masing-masing pihak terutama dalam menopang kegiatan sektor industri manufaktur.
“Indonesia dan Vietnam berkompetisi di sektor industri yang labor intensive. Tetapi Indonesia mempunyai struktur industri yang lebih dalam, seperti sektor petrokimia, baja, dan resources based,” tuturnya.
Langkah sinergi ini, lanjutnya, dapat mendukung implementasi industri 4.0 sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Bagi Indonesia, Vietnam merupakan potensi pasar yang baik dengan penduduk hampir 95 juta dan saat ini sudah ada beberapa perusahaan Indonesia yang beroperasi di Vietnam. Sekitar 50 perusahaan itu, antara lain sektor makanan dan minuman, plastik, semen, serta pelumas,” imbuhnya.
Menperin melihat, di tengah ketidakpastian perekonomian global, pelaku industri nasional masih punya kepercayaan diri yang tinggi untuk melakukan perluasan usaha di tingkat regional. Namun, agar mudah merealisasikannya, diperlukan penguatan kerja kedua belah pihak.
“Seperti yang disampaikan Presiden Jokowi melalui penggambaran dari sebuah serial Game of Thrones, di mana kita harus saling bekerja sama guna menyelamatkan kehidupan bersama kita,” ujarnya.
Contohnya, hasil upaya peningkatan kerja sama yang telah dilakukan RI-Vietnam, tren perdagangan kedua negara tercatat terus menanjak dalam beberapa tahun belakangan ini.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2018
Tags: