Pertemuan IMF-WB
China sebut kebijakan moneternya netral di tengah ancaman perang dagang
14 Oktober 2018 11:07 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo (kedua dari kanan) dalam Sesi Dua Seminar G-30 di Rangkaian Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018, Nusa Dua, Bali, Minggu. (ANTARA News/HO/Dokumentasi BI)
Nusa Dua (ANTARA News) - Gubernur Bank Sentral China Yi Gang mengatakan dirinya masih memiliki banyak ruang untuk melakukan penyesuaian suku bunga acuan dan rasio simpanan wajib (reserve requirement ratio), serta kebijakan moneternya netral, di tengah bayang-bayang dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Yi Gang dalam seminar G-30 di rangkaian Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018, Nusa Dua, Bali, mengatakan dunia menghadapi ketidakpastian akibat kompetisi perdagangan melalui instrumen tarif. Ia menggarisbawahi bahwa dampak perang dagang akan berdampak signifikan.
"Saya setuju dengan laporan IMF bahwa tensi perdagangan telah menjadi masalah dan sebabkan ekspetasi negatif dan menimbulkan ketidakpastian yang membuat orang-orang menjadi ragu," ujarnya.
"Dunia akan kehilangan karena tensi perang dagang," tambahnya.
Maka dari itu, kata Yi, perlu solusi yang konstruktif untuk menuntaskan perang dagang. Jika terus belanjut, perang dagang hanya akan menimbulkan kondisi yang saling merugikan antarnegara.
Terkait ekonomi domestik, kata Yi, ekonomi China masih sesuai jalur untuk mencapai target. Selain itu, Bank Sentral China juga masih nyaman dengan pergerakkan inflasi yang sepanjang tahun diperkirakan di sekitar dua persen.
Arah kebijakan moneter China, kata Yi, adalah netral, namun tetap hati-hati.
"Kebijakan moneter kita masih pruden, posisi kita adalah netral. Anda lihat, China masih memiliki ruang memadai untuk penyesuaian jika diperlukan," kata Yi di depan para pimpinan Bank Sentral.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pidato pembukaan di seminar itu juga kembali menekankan Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kokoh dan terus menjalankan reformasi struktural.
Sepanjang rangkaian Pertemuan Tahunan IMF-WB yang saat ini sudah berada di hari ketujuh, Bank Sentral Indonesia terus menekankan pentingnya pemangku kebijakan moneter dunia dan fiskal agar menerapkan komunikasi yang jelas dan transparan, serta bersikap kolaboratif untuk membendung dampak dari ketidakpastian ekonomi global.
Baca juga: Pimpinan bank sentral dunia bahas ketidakpastian global di Bali
Yi Gang dalam seminar G-30 di rangkaian Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018, Nusa Dua, Bali, mengatakan dunia menghadapi ketidakpastian akibat kompetisi perdagangan melalui instrumen tarif. Ia menggarisbawahi bahwa dampak perang dagang akan berdampak signifikan.
"Saya setuju dengan laporan IMF bahwa tensi perdagangan telah menjadi masalah dan sebabkan ekspetasi negatif dan menimbulkan ketidakpastian yang membuat orang-orang menjadi ragu," ujarnya.
"Dunia akan kehilangan karena tensi perang dagang," tambahnya.
Maka dari itu, kata Yi, perlu solusi yang konstruktif untuk menuntaskan perang dagang. Jika terus belanjut, perang dagang hanya akan menimbulkan kondisi yang saling merugikan antarnegara.
Terkait ekonomi domestik, kata Yi, ekonomi China masih sesuai jalur untuk mencapai target. Selain itu, Bank Sentral China juga masih nyaman dengan pergerakkan inflasi yang sepanjang tahun diperkirakan di sekitar dua persen.
Arah kebijakan moneter China, kata Yi, adalah netral, namun tetap hati-hati.
"Kebijakan moneter kita masih pruden, posisi kita adalah netral. Anda lihat, China masih memiliki ruang memadai untuk penyesuaian jika diperlukan," kata Yi di depan para pimpinan Bank Sentral.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pidato pembukaan di seminar itu juga kembali menekankan Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kokoh dan terus menjalankan reformasi struktural.
Sepanjang rangkaian Pertemuan Tahunan IMF-WB yang saat ini sudah berada di hari ketujuh, Bank Sentral Indonesia terus menekankan pentingnya pemangku kebijakan moneter dunia dan fiskal agar menerapkan komunikasi yang jelas dan transparan, serta bersikap kolaboratif untuk membendung dampak dari ketidakpastian ekonomi global.
Baca juga: Pimpinan bank sentral dunia bahas ketidakpastian global di Bali
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018
Tags: