Sepak Bola Nasional
Bobotoh gelar aksi damai di depan Gedung Sate
13 Oktober 2018 17:48 WIB
Sejumlah Bobotoh atau pendukung Persib Bandung melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (13/10/2018). Mereka memprotes kebijakan PSSI dalam memberi hukuman dan sanksi atas pendukung dan tim Persib karena dianggap tidak adil serta menuntut adanya revolusi dan reformasi di kepengurusan PSSI saat ini. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/aww.
Bandung (ANTARA News) - Ribuan pendukung Persib Bandung (Bobotoh) menggelar aksi damai bertajuk "Bobotoh Melawan Part 1" di depan Gedung Sate Bandung, Sabtu, sebagai bentuk keprihatinan mereka atas sanksi yang dijatuhkan PSSI kepada Persib.
Baca juga: Persib harus jalani laga usiran dan tanpa penonton
Baca juga: Bobotoh nilai sanksi untuk Persib tidak adil
Baca juga: Pelatih Persib heran terhadap sanksi PSSI
Baca juga: Soal sanksi Persib, Emil nilai berlebihan
Sebelum berkumpul di Kantor Gubernur Jawa Barat, para Bobotoh dari berbagai daerah melaksanakan long march dari sejumlah titik kumpul daerahnya masing-masing secara bersamaan.
Ketua Umum Viking Persib Club (VPC), Heru Joko, mengatakan, aksi tersebut merupakan bentuk kekecewaan mereka terhadap sanksi yang dijatuhkan Komdis PSSI kepada Persib dan supporternya.
"Kami datang atas dasar kekecewaan yang sangat. Kami melihat PSSI sangat tidak adil kepada Persib dan supporter Persib. Kami kecewa dan sangat kecewa demgan Komisi Disiplin PSSI, ujar Heru.
Menurut dia, kekecewaaan tersebut muncul karena mereka melihat sanksi PSSI tidak adil dan semena-mena kepada Persib dan Komdis sudah bertindak arogan, memandang sebelah mata.
"Komdis memberikan sanksi semena- mena yah, saya lihat Komdis arogan, memandang kita sebelah mata. Semua harus diperlakukan adil," ujar dia.
Sementara itu, salah seorang Bobotoh, Feby Pahlevi, menututurkan, aksi damai tersebut menyatukan semua Bobotoh dari berbagai daerah.
"Ya, kita semua tahu kan Bobotoh ini terbagi-bagi, jadi ini momen yang pas untuk menyatukan semua elemen Bobotoh. Saya dan para Bobotoh lainnya menuntut keadilan terhadap federasi, yaitu PSSI. Persib terlalu banyak dirugikan oleh keputusan-keputusan PSSI," katanya.
"Biar Persib fokus bermain, kita sebagai Bobotoh yang melawan," kata Feby menambahkan.
Baca juga: Umuh : Sanksi bagi Persib tidak mendasar
Baca juga: Kemenpora minta PSSI berikan sanksi tegas
Baca juga: Persib harus jalani laga usiran dan tanpa penonton
Baca juga: Bobotoh nilai sanksi untuk Persib tidak adil
Baca juga: Pelatih Persib heran terhadap sanksi PSSI
Baca juga: Soal sanksi Persib, Emil nilai berlebihan
Sebelum berkumpul di Kantor Gubernur Jawa Barat, para Bobotoh dari berbagai daerah melaksanakan long march dari sejumlah titik kumpul daerahnya masing-masing secara bersamaan.
Ketua Umum Viking Persib Club (VPC), Heru Joko, mengatakan, aksi tersebut merupakan bentuk kekecewaan mereka terhadap sanksi yang dijatuhkan Komdis PSSI kepada Persib dan supporternya.
"Kami datang atas dasar kekecewaan yang sangat. Kami melihat PSSI sangat tidak adil kepada Persib dan supporter Persib. Kami kecewa dan sangat kecewa demgan Komisi Disiplin PSSI, ujar Heru.
Menurut dia, kekecewaaan tersebut muncul karena mereka melihat sanksi PSSI tidak adil dan semena-mena kepada Persib dan Komdis sudah bertindak arogan, memandang sebelah mata.
"Komdis memberikan sanksi semena- mena yah, saya lihat Komdis arogan, memandang kita sebelah mata. Semua harus diperlakukan adil," ujar dia.
Sementara itu, salah seorang Bobotoh, Feby Pahlevi, menututurkan, aksi damai tersebut menyatukan semua Bobotoh dari berbagai daerah.
"Ya, kita semua tahu kan Bobotoh ini terbagi-bagi, jadi ini momen yang pas untuk menyatukan semua elemen Bobotoh. Saya dan para Bobotoh lainnya menuntut keadilan terhadap federasi, yaitu PSSI. Persib terlalu banyak dirugikan oleh keputusan-keputusan PSSI," katanya.
"Biar Persib fokus bermain, kita sebagai Bobotoh yang melawan," kata Feby menambahkan.
Baca juga: Umuh : Sanksi bagi Persib tidak mendasar
Baca juga: Kemenpora minta PSSI berikan sanksi tegas
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: