Korban gempa-tsunami belum terima kabar soal relokasi
13 Oktober 2018 15:48 WIB
Aktivitas warga terdampak gempa dan tsunami Palu-Donggala di kawasan pengungsian hunian sementara yang dibangun warga di Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (13/10/2018). ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang/aww.
Palu (ANTARA News) - Korban gempa dan tsunami di Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), mengaku belum mendapat kabar mengenai rencana relokasi maupun pembangunan tempat pengungsian terpadu yang bersifat sementara.
"Mengenai barak pengungsi dan relokasi permukiman sama sekali belum ada kabar," kata salah satu korban gempa dan tsunami Kecamatan Sindue Mohammad Hamdin.
Dihubungi dari Palu, Sabtu, Mohammad Hamdin mengaku bahwa belum ada tanda-tanda langkah pemerintah untuk membangunkan barak bagi pengungsi korban gempa dan tsunami.
"Warga di sini serba kesusahan dan serba salah. Mau balik ke rumah, sementara rumah sudah tidak layak huni. Mau bertahan di lokasi pengungsian, sementara terpal tidak layak digunakan," ucap Hamdin.
Saat ini, kata Hamdin, sekitar 1.373 jiwa atau lebih dari 300 kepala keluarga dari berbagai desa di Kecamatan Sindue mengungsi di lapangan Sanggola, Dusun 01 Pompaya, Desa Lero, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala.
Mereka hanya dapat bantuan dari salah satu partai politik dan relawan berupa makanan, air minum, pakaian dan tenda.
Sementara sarana lainnya tidak ada seperti mandi, cuci, kakus (MCK), air untuk mandi, cuci pakaian, piring dan memasak tidak tersedia.
"Kalau-pun tersedia itu air dari irigasi, atau saluran-saluran pertanian. Ini sangat membahayakan kesehatan warga," ujar dia.
Mantan Aktivis (Liga Mahasiswa Nasional Demokratik (LMND) itu menyarankan kepada pemerintah agar segera memikirkan lokasi pengungsian terpadu yang sifafnya sementara dan jauh dari ancaman tsunami serta gempa.
"Lokasi pengungsian warga itu tidak jauh dari laut. Karena Desa Lero itu desa yang berdekatan dengan laut," sebutnya.
Baca juga: RSU UMM kirim tenaga kesehatan ke Donggala
Baca juga: KRI dr Suharso layani ratusan korban gempa Donggala
"Mengenai barak pengungsi dan relokasi permukiman sama sekali belum ada kabar," kata salah satu korban gempa dan tsunami Kecamatan Sindue Mohammad Hamdin.
Dihubungi dari Palu, Sabtu, Mohammad Hamdin mengaku bahwa belum ada tanda-tanda langkah pemerintah untuk membangunkan barak bagi pengungsi korban gempa dan tsunami.
"Warga di sini serba kesusahan dan serba salah. Mau balik ke rumah, sementara rumah sudah tidak layak huni. Mau bertahan di lokasi pengungsian, sementara terpal tidak layak digunakan," ucap Hamdin.
Saat ini, kata Hamdin, sekitar 1.373 jiwa atau lebih dari 300 kepala keluarga dari berbagai desa di Kecamatan Sindue mengungsi di lapangan Sanggola, Dusun 01 Pompaya, Desa Lero, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala.
Mereka hanya dapat bantuan dari salah satu partai politik dan relawan berupa makanan, air minum, pakaian dan tenda.
Sementara sarana lainnya tidak ada seperti mandi, cuci, kakus (MCK), air untuk mandi, cuci pakaian, piring dan memasak tidak tersedia.
"Kalau-pun tersedia itu air dari irigasi, atau saluran-saluran pertanian. Ini sangat membahayakan kesehatan warga," ujar dia.
Mantan Aktivis (Liga Mahasiswa Nasional Demokratik (LMND) itu menyarankan kepada pemerintah agar segera memikirkan lokasi pengungsian terpadu yang sifafnya sementara dan jauh dari ancaman tsunami serta gempa.
"Lokasi pengungsian warga itu tidak jauh dari laut. Karena Desa Lero itu desa yang berdekatan dengan laut," sebutnya.
Baca juga: RSU UMM kirim tenaga kesehatan ke Donggala
Baca juga: KRI dr Suharso layani ratusan korban gempa Donggala
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2018
Tags: