MPR berharap cetak narasumber Empat Pilar lewat pelatihan
13 Oktober 2018 11:35 WIB
Anggota MPR dari Fraksi Nasdem Bachtiar Aly menjadi pembicara dalam "training of trainer" untuk sosialisasi Empat Pilar MPR di kalangan TNI AL di Surabaya (Foto humas MPR RI)
Jakarta, 13/10 (ANTARA - News) - Anggota MPR dari Fraksi Nasdem Bachtiar Aly mengatakan MPR berharap dapat mencetak narasumber Empat Pilar MPR yang kompeten lewat pelatihan.
"Untuk itu MPR melakukan training of trainer," kata Anggota MPR Bachtiar Aly Dalam siaran pers yang diterima Antara Jakarta, Sabtu (13/10).
Hal tersebut disampaikan Bachtiar Aly saat menjadi pembicara dalam TOT di kalangan TNI AL di Surabaya.
Melalui Badan Sosialisasi yang beranggotakan 45 orang MPR menyosialisasikan Empat Pilar MPR yang terdiri dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika kepada seluruh lapisan masyarakat.
Bachtiar juga menegaskan bahwa sosialisasi tidak hanya dilaksanakan anggota Badan Sosialisasi, tapi juga seluruh anggota MPR.
Meski demikian, Guru Besar UI tersebut mengatakan MPR juga mengajak element di masyarakat dan pemerintah untuk turut menyosialisasikan Empat Pilar.
Melalui Badan Sosialisasi yang beranggotakan 45 orang, MPR menyosialisasikan Empat Pilar MPR yang terdiri dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika kepada seluruh lapisan masyarakat.
Kendati demikian, Bachtiar Aly mengungkapkan TOT bukan hanya menyasarkan perwira menengah AL, tapi berbagai kalangan. Dia mencontohkan program itu sudah dilaksanakan di kalangan angkatan darat, angkatan udara, kepolisian, tokoh agama, tokoh masyarakat, guru, mahasiswa, dan lapisan masyarakat lainnya, baik di tingkat pusat maupun daerah.
"Setelah TOT, sampaikan Empat Pilar di lingkungan kerja, keluarga, dan masyarakat," harap mantan Duta Besar Indonesia untuk Mesir itu.
Menjaga Empat Pilar disebut hal yang harus dilakukan oleh warga negara. Bangsa ini bisa terbentuk karena perjuangan dari para pendahulu. Dipaparkan bagaimana para jong, dari Jawa, Sumatra, Sulawesi, Ambon, Betawi, Sunda, pemuda Islam, dan dari daerah serta organisasi pemuda lainnya menggagas Indonesia.
Saat itu, meski Indonesia belum ada, mereka sudah menyatakan satu nusa, bangsa, dan bahasa Indonesia.
Dalam soal bahasa, Bachtiar Aly menyatakan para pemuda memilih bahasa Melayu, yang saat itu sebagai lingua franca dari Madagaskar hingga Melayu, menjadi bahasa persatuan.
"Jadi bukan memilih bahasa yang mayoritas yang digunakan," tuturnya.
Dia juga mengungkapkan dirinya bersyukur bahasa Indonesia menjadi pemersatu bangsa. Hal demikian tidak terjadi di Belgia, India, yang tidak memiliki bahasa persatuan. "Di Belgia itu ada bahasa Prancis, Belanda, Jerman, bahkan inggris," imbuhnya.
Sementara itu, anggota MPR dari Fraksi PKS, T. B. Sjoenmandjaja yang dalam kesempatan tersebut menjadi pembicara, mengakui forum TOT di kalangan TNI AL berlangsung dengan baik.
"Mereka banyak menyampaikan pertanyaan, pendapat bahkan kritik", ujarnya.
Sosialisasi yang dilakukan ini disebut merupakan amanah dari UU MD3.
"Sosialisasi diberikan kepada seluruh lapisan masyarakat," ujarnya. Ormas, mahasiswa bahkan pengamen dan klub penggemar sepeda onthel pun dikatakan pernah mendapat sosialisasi.(KR-MRA)
"Untuk itu MPR melakukan training of trainer," kata Anggota MPR Bachtiar Aly Dalam siaran pers yang diterima Antara Jakarta, Sabtu (13/10).
Hal tersebut disampaikan Bachtiar Aly saat menjadi pembicara dalam TOT di kalangan TNI AL di Surabaya.
Melalui Badan Sosialisasi yang beranggotakan 45 orang MPR menyosialisasikan Empat Pilar MPR yang terdiri dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika kepada seluruh lapisan masyarakat.
Bachtiar juga menegaskan bahwa sosialisasi tidak hanya dilaksanakan anggota Badan Sosialisasi, tapi juga seluruh anggota MPR.
Meski demikian, Guru Besar UI tersebut mengatakan MPR juga mengajak element di masyarakat dan pemerintah untuk turut menyosialisasikan Empat Pilar.
Melalui Badan Sosialisasi yang beranggotakan 45 orang, MPR menyosialisasikan Empat Pilar MPR yang terdiri dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika kepada seluruh lapisan masyarakat.
Kendati demikian, Bachtiar Aly mengungkapkan TOT bukan hanya menyasarkan perwira menengah AL, tapi berbagai kalangan. Dia mencontohkan program itu sudah dilaksanakan di kalangan angkatan darat, angkatan udara, kepolisian, tokoh agama, tokoh masyarakat, guru, mahasiswa, dan lapisan masyarakat lainnya, baik di tingkat pusat maupun daerah.
"Setelah TOT, sampaikan Empat Pilar di lingkungan kerja, keluarga, dan masyarakat," harap mantan Duta Besar Indonesia untuk Mesir itu.
Menjaga Empat Pilar disebut hal yang harus dilakukan oleh warga negara. Bangsa ini bisa terbentuk karena perjuangan dari para pendahulu. Dipaparkan bagaimana para jong, dari Jawa, Sumatra, Sulawesi, Ambon, Betawi, Sunda, pemuda Islam, dan dari daerah serta organisasi pemuda lainnya menggagas Indonesia.
Saat itu, meski Indonesia belum ada, mereka sudah menyatakan satu nusa, bangsa, dan bahasa Indonesia.
Dalam soal bahasa, Bachtiar Aly menyatakan para pemuda memilih bahasa Melayu, yang saat itu sebagai lingua franca dari Madagaskar hingga Melayu, menjadi bahasa persatuan.
"Jadi bukan memilih bahasa yang mayoritas yang digunakan," tuturnya.
Dia juga mengungkapkan dirinya bersyukur bahasa Indonesia menjadi pemersatu bangsa. Hal demikian tidak terjadi di Belgia, India, yang tidak memiliki bahasa persatuan. "Di Belgia itu ada bahasa Prancis, Belanda, Jerman, bahkan inggris," imbuhnya.
Sementara itu, anggota MPR dari Fraksi PKS, T. B. Sjoenmandjaja yang dalam kesempatan tersebut menjadi pembicara, mengakui forum TOT di kalangan TNI AL berlangsung dengan baik.
"Mereka banyak menyampaikan pertanyaan, pendapat bahkan kritik", ujarnya.
Sosialisasi yang dilakukan ini disebut merupakan amanah dari UU MD3.
"Sosialisasi diberikan kepada seluruh lapisan masyarakat," ujarnya. Ormas, mahasiswa bahkan pengamen dan klub penggemar sepeda onthel pun dikatakan pernah mendapat sosialisasi.(KR-MRA)
Pewarta: Maria Lisbet Hestica Pardosi
Editor: Jaka Sugiyanta
Copyright © ANTARA 2018
Tags: