Jakarta (ANTARA News) – Masa remaja akhir dan peralihan menuju dewasa merupakan periode yang sangat penting karena pada tahap itu individu membuat pilihan dan terlibat dalam pelbagai kegiatan yang memengaruhi hidupnya di masa depan, menurut dokter kejiwaan dr. Petrin Redayani Lukman, Sp.KJ (K), MPd. Ked.
"Remaja dalam tahap menyesuaikan ‘sense of self’ dalam fisik yang baru, seperti perubahan biologik dan fisik (pubertas) yang cepat dan ekstrem," ujar dr. Petrin saat berbincang dalam seminar Mental Health Among Youth di Jakarta, Jumat.
Dokter yang berpraktik di RSCM juga menyebutkan bahwa remaja dalam tahap menyesuaikan terhadap tubuh dan perasaan yang mulai matang secara seksual.
"Remaja beradaptasi terhadap seksualitas, menetapkan identitas seksual, dan mengembangkan kemampuan untuk hubungan romantis," imbuh dr. Petrin.
Baca juga: Dua hal yang membentuk kepribadian remaja, apa itu?
Seorang remaja, sambungnya, memiliki peralihan dari berpikir konkrit di usia anak menjadi berpikir abstrak.
"Remaja dapat berpikir secara abstrak dari hipotesis. Ia dapat memertimbangkan banyak kemungkinan dan hasil logis dari peristiwa yang terjadi. Kemudian, remaja dapat memertimbangkan dari pelbagai sudut, empati semakin meningkat, artinya menempatkan diri pada posisi orang lain," sebut dr. Petrin.
Selain itu, lanjutnya, remaja mengenal dirinya sendiri sebagai bagian dari orangtua. Ia bereksperimen dengan pelbagai identitas yang berbeda dan sementara melalui pelbagai jenis pakaian, musik, gaya rambut, sikap dan perilaku, dan gaya hidup.
"Remaja juga membentuk nilai pribadi dengan mengevaluasi dan merestrukturisasi keyakinan pada masa kanak-kanak," imbuh dr. Petrin.
Remaja, lanjutnya, bernegosiasi kembali terhadap hubungan dengan orangtua, mengembangkan hubungan stabil dan produktif dengan teman sebaya, dan memenuhi tuntutan dan tanggung jawab sebagai orang yang semakin dewasa.
"Diharapkan pada tahap ini terjadi ikatan yang kuat antara orang tua dengan anak remaja. Alasan kedekatan tersebut adalah demi mencegah terjadinya problem psikiatri, seperti gejala depresi, mengalami masalah kejiwaan, perilaku mencederai diri, dan penyalahgunaan zat bila remaja tidak dapat melewati masa peralihan tersebut," pungkas dr. Petrin.
Baca juga: Alasan penting memberikan pertolongan pertama psikologis pada remaja pascabencana
Mengenal masa peralihan remaja menuju dewasa
Oleh Anggarini Paramita
12 Oktober 2018 23:59 WIB
Ilustrasi anak remaja (Shutterstock)
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018
Tags: