New York (ANTARA News) - Kurs dolar AS melemah ke level terendah dua minggu terhadap sejumlah mata uang pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena para pedagang memangkas kepemilikan greenback menyusul penurunan imbal hasil obligasi AS dan kerugian ekuitas lebih lanjut di Wall Street.
Kenaikan harga konsumen AS yang lebih lemah dari perkiraan pada September mengurangi spekulasi tentang laju kenaikan suku bunga yang lebih cepat oleh Federal Reserve, lebih lanjut mengikis daya tarik dolar AS.
"Kami melihat para investor melakukan beberapa penghindaran risiko (menjual aset)," kata Paresh Upadhyaya, direktur strategi mata uang di Amundi Pioneer Investments di Boston, seperti dikutip dari Reuters. "Dolar tidak mendapat keuntungan dari angka IHK."
Terhadap dolar AS, euro naik ke tertinggi satu minggu karena risalah pertemuan kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) bulan lalu menunjukkan para pembuat kebijakan belum meninggalkan rencana mereka untuk mengakhiri program pembelian obligasi ECB sebesar 2,6 triliun euro tahun ini.
Crown Swedia melompat menyusul inflasi yang lebih kuat dari perkiraan dan data harga rumah, meningkatkan prospek bagi Riksbank, bank sentral Swedia, untuk menaikkan suku bunganya pada Desember, kata para analis.
Yuan China naik di perdagangan luar negeri, rebound dari pelemahan awal akibat kerugian ekuitas global. Pedagang-pedagang menepis komentar dari Presiden AS Donald Trump yang mengisyaratkan bahwa dia tidak akan mundur untuk meningkatkan perang dagangnya dengan Beijing.
Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan pada Kamis (11/10) indeks harga konsumen (IHK) naik 0,1 persen pada September, lebih rendah dari perkiraan untuk kenaikan 0,2 persen di kalangan analis yang disurvei oleh Reuters.
IHK gagal mengurangi spekulasi bahwa inflasi AS sedang meningkat, mendorong selera terhadap obligasi pemerintah AS. Ini menambah tawaran safe-haven untuk obligasi yang berasal dari aksi jual tajam lainnya di Wall Street.
Indeks yang melacak dolar AS terhadap enam mata uang lainnya jatuh ke posisi 94,987, terendah sejak 28 September. Pukul 15.45 waktu setempat (19.45 GMT), indeks dolar turun 0,5 persen pada 95,034.
Imbal hasil obligasi 10-tahun pemerintah AS yang menjadi acuan, jatuh ke terendah satu minggu di 3,1423 persen. Ini mencapai puncak tujuh tahun di 3,261 persen pada Selasa (9/10).
Yen Jepang dan franc Swiss, yang merupakan mata uang pilihan pada saat terjadi gejolak pasar, menerima penawaran safe-haven" yang ringan, masing-masing menguat 0,16 persen dan 0,04 persen terhadap greenback.
Perkiraan dari pejabat The Fed yang dirilis bulan lalu menunjukkan mereka memperkirakan tiga kenaikan suku bunga pada 2019, dan beberapa mengatakan mereka terbuka untuk kenaikan suku bunga pada Desember, yang akan menjadi yang keempat tahun ini.
Rekan-rekan mereka di ECB tampak di jalur, berdasarkan risalah pertemuan terakhir, untuk menormalkan kebijakan ultra longgar mereka tahun ini meskipun ada kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan di Eropa.
Mata uang bersama zona euro naik 0,65 persen menjadi 1,15925 dolar AS, setelah menyentuh tertinggi satu minggu. Euro 0,45 persen lebih tinggi pada 129,885 yen.
Crown Swedia 1,69 persen lebih tinggi pada 8,9770 per dolar AS dan 1,12 persen lebih kuat pada 10,4068 per euro.
Yuan di luar negeri naik 0,74 persen menjadi 6,8720 per dolar AS, rebound dari terendah delapan minggu sebelumnya pada Kamis (11/10).
Baca juga: Bursa Wall Street perpanjang penurunan, indeks Dow merosot 545,91 poin
Baca juga: Pembelian aset "safe haven" dorong harga emas melonjak hampir tiga persen
Dolar AS melemah tertekan penurunan saham dan imbal hasil obligasi
12 Oktober 2018 06:44 WIB
Pecahan mata uang dolar Amerika Serikat. (ANTARA/Sigid Kurniawan)
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: