Gerindra: "Make Indonesia Great Again" maksudnya mengedepankan rakyat
11 Oktober 2018 22:13 WIB
Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto berbicara dalam Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), di Pondok Pesantren (Ponpes) Minhajurrosyidin, Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (11/10/2018). (Tim Media Prabowo Subianto)
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Arief Poyuono mengatakan pernyataan Prabowo Subianto yang menyebutkan "Make Indonesia Great Again" maksudnya mengedepankan kepentingan rakyat dalam setiap kebijakan.
"Saya bangga kalau Presiden kita seperti Donald Trump. Misalnya Prabowo seperti Donald Trump gitu, mengedepankan rakyatnya dahulu karena buat apa kita memikirkan negara lain kalau negara kita masih susah," kata Arief di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis.
Hal itu dikatakannya menanggapi pernyataan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang ingin mewujudkan "Make Indonesia Great Again". Prabowo mengatakannya pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) pada Kamis.
Arief melihat Donald Trump sebagai sosok yang hebat karena mengedepankan negara dan bangsanya sehingga melakukan perang dagang dengan China dengan cara memproteksi industri Amerika.
"Kalau presiden saya itu seperti Donald Trump, saya bangga sebagai orang Indonesia. Saat ini ekonomi Amerika adalah yang terbaik selama 50 tahun, penganggurannya turun, untuk siapa? Untuk rakyat Amerika," ujarnya.
Dia menilai kebijakan Trump tidak mengobarkan perang dan tidak menginvansi negara lain dengan kekuatan militernya.
Artinya, menurut Arief, Trump hanya memikirkan negara sendiri dan kepentingan rakyatnya. Itu sah saja karena di mana pun pemimpin bertindak sebagai orang tua yang memikirkan anak-anaknya.
"Setahu saya panutan Prabowo pertama adalah Deng Xiaoping, saya tidak tahu kalau Donald Trump. Dia kalau pidato selalu mengatakan Xiaoping itu adalah 'the great', orang yang hebat, iya dong mengubah China menjadi besar," katanya.
Namun dia memastikan gaya kampanye Trump di pilpres Amerika Serikat tidak akan ditiru Prabowo karena perbedaan budaya dua negara.
Dia mencontohkan, Trump pernah mengatakan "She`s devil" kepada Hillary Clinton dan kalau itu diterapkan di Indonesia akan terkena pasal ujaran kebencian.
Baca juga: Prabowo hormati putusan rakyat di Pilpres 2019
Sebelumnya, calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto mempertanyakan mengapa tidak ada pemimpin Indonesia yang berani berbicara lantang seperti Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang memiliki semboyan "America First dan "Make America Great Again".
Hal itu dikatakannya dalam Rapat Kerja Nasional Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin di Pondok Gede, Jakarta, Kamis.
"Dia (Trump) mengatakan 'America First' dan mengatakan 'Make America Great Again'. Kenapa kok Bangsa Indonesia tidak berani mengatakan 'bagi Bangsa Indonesia, 'Indonesia First'. 'Make Indonesia Great Again'," kata Prabowo.
Dia mengatakan kenapa tidak ada pemimpin yang berani mengatakan, "yang penting adalah pekerjaan untuk rakyat Indonesia".
Baca juga: Prabowo tidak minta dukungan di Rakernas LDII
Baca juga: Prabowo puji program ekonomi kerakyatan LDII
Baca juga: Prabowo Subianto hadiri Rakernas LDII
"Saya bangga kalau Presiden kita seperti Donald Trump. Misalnya Prabowo seperti Donald Trump gitu, mengedepankan rakyatnya dahulu karena buat apa kita memikirkan negara lain kalau negara kita masih susah," kata Arief di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis.
Hal itu dikatakannya menanggapi pernyataan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang ingin mewujudkan "Make Indonesia Great Again". Prabowo mengatakannya pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) pada Kamis.
Arief melihat Donald Trump sebagai sosok yang hebat karena mengedepankan negara dan bangsanya sehingga melakukan perang dagang dengan China dengan cara memproteksi industri Amerika.
"Kalau presiden saya itu seperti Donald Trump, saya bangga sebagai orang Indonesia. Saat ini ekonomi Amerika adalah yang terbaik selama 50 tahun, penganggurannya turun, untuk siapa? Untuk rakyat Amerika," ujarnya.
Dia menilai kebijakan Trump tidak mengobarkan perang dan tidak menginvansi negara lain dengan kekuatan militernya.
Artinya, menurut Arief, Trump hanya memikirkan negara sendiri dan kepentingan rakyatnya. Itu sah saja karena di mana pun pemimpin bertindak sebagai orang tua yang memikirkan anak-anaknya.
"Setahu saya panutan Prabowo pertama adalah Deng Xiaoping, saya tidak tahu kalau Donald Trump. Dia kalau pidato selalu mengatakan Xiaoping itu adalah 'the great', orang yang hebat, iya dong mengubah China menjadi besar," katanya.
Namun dia memastikan gaya kampanye Trump di pilpres Amerika Serikat tidak akan ditiru Prabowo karena perbedaan budaya dua negara.
Dia mencontohkan, Trump pernah mengatakan "She`s devil" kepada Hillary Clinton dan kalau itu diterapkan di Indonesia akan terkena pasal ujaran kebencian.
Baca juga: Prabowo hormati putusan rakyat di Pilpres 2019
Sebelumnya, calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto mempertanyakan mengapa tidak ada pemimpin Indonesia yang berani berbicara lantang seperti Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang memiliki semboyan "America First dan "Make America Great Again".
Hal itu dikatakannya dalam Rapat Kerja Nasional Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin di Pondok Gede, Jakarta, Kamis.
"Dia (Trump) mengatakan 'America First' dan mengatakan 'Make America Great Again'. Kenapa kok Bangsa Indonesia tidak berani mengatakan 'bagi Bangsa Indonesia, 'Indonesia First'. 'Make Indonesia Great Again'," kata Prabowo.
Dia mengatakan kenapa tidak ada pemimpin yang berani mengatakan, "yang penting adalah pekerjaan untuk rakyat Indonesia".
Baca juga: Prabowo tidak minta dukungan di Rakernas LDII
Baca juga: Prabowo puji program ekonomi kerakyatan LDII
Baca juga: Prabowo Subianto hadiri Rakernas LDII
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: