Pekalongan (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres), M. Jusuf Kalla, menegaskan bahwa konversi minyak tanah ditargetkan harus selesai dalam empat tahun ini, karena program tersebut bisa memberikan efisiensi keuangan masyarakat maupun pemerintah. Penegasan Wapres Kalla tersebut disampaikan untuk menjawab keluhan dari para pengusaha batik Kota Pekalongan terhadap terjadinya kelangkaan minyak tanah, seusai meresmikan Pekan Batik Internasional di Pekalongan, Sabtu sore. "Dengan adanya program konversi minyak tanah, pemerintah akan menghemat Rp30 triliun per tahun sehingga masyarakat juga harus mendukung program itu," katanya. Menurut dia, saat ini harga pokok minyak tanah mencapai Rp6.000, per liter, tetapi dengan cara mendapatkan subsidi dari pemerintah sebesar Rp4.000,` maka harga minyak tanah dijual kepada masyarakat Rp2.000,00,- per liter. "Sisi negatif penggunaan minyak tanah adalah berasap, mudah menimbulkan bahaya, dan tidak efisien sehingga perlu dikonversi ke elpiji," katanya. Elpiji, menurut dia, merupakan turunan dari refine gas sehingga jika dibandingkan untuk memasak dengan menggunakan minyak tanah maka penggunaan elpiji akan menghemat 40 persennya. Ia menjelaskan, saat ini harga minyak tanah Rp 2.500/ liter sedangkan elpiji hanya Rp1.800/ liter sehingga dengan menggunakan elpiji akan lebih murah bila dibandingkan dengan minyak tanah. "Kalau untuk satu keluarga menggunakan minyak tanah 30 liter per bulan maka akan mengeluarkan biaya sebesar Rp75.000,00,- sedangkan kalau pakai elpiji hanya 12 kilogram dengan harga Rp40.000 hingga Rp50.000 maka akan ada penghematan sebesar Rp25.000/bulan," jelasnya. Ia menambahkan, program pemerintah ini ingin agar rakyat Indonesia lebih sejahtera dan sehat serta bukan untuk menyusahkan karena asap minyak tanah juga memberikan dampak luar biasa. "Karena itu, ibu rumah tangga harus mendukung program dari pemerintah ini," katanya menambahkan. (*)