"Jepara dianggap paling aman karena dari hasil kajian, struktur geologinya `save`, tidak ada kegempaan, tsunami juga tidak dimungkinkan karena pantai utara tidak ada pertemuan lempeng bumi, yang ada (kemungkinan terjadinya tsunami) di pantai selatan," katanya di Semarang, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa pemanfaatan nuklir saat ini telah menyasar pada segi perekonomian masyarakat, bahkan radiasi yang dihasilkan oleh energi nuklir sudah digunakan untuk pengembangan varietas benih pertanian.
Baca juga: Batan menyebut 77,53 persen masyarakat Indonesia dukung pembangunan PLTN
Selain itu, energi nuklir juga telah dimanfaatkan untuk mencari sumber mata air di suatu daerah, meskipun dengan biaya yang cukup mahal.
"Teknologi itu sudah berjalan tiga tahun terakhir, dan sudah saatnya Jateng memanfaatkan energi nuklir," ujarnya.
Ia mengungkapkan jika rencana pembangunan PLTN di daerah pesisir Kabupaten Jepara itu sudah masuk rencana kerja alternatif pembangkit listrik, meskipun mendapat penolakan dari masyarakat.
Baca juga: Menristekdikti: sisi sosial hambat pengembangan PLTN
Menurut dia, warga setempat masih takut dengan isu radiasi dari energi nuklir yang bisa merusak sel tubuh manusia dalam jangka panjang.
"Sosialisasi mengenai energi nuklir memang masih kurang, masyarakat menganggap nuklir itu seperti bom atom yang punya radiasi berbahaya, padahal tidak sebahaya itu karena alat-alat medis modern juga pakai teknogi nuklir untuk rontgen dan radiografi. Nuklir semakin hari semakin aman," katanya.
Teguh menyarankan pemerintah untuk serius dalam membangun PLTN pada masa mendatang dengan sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai.