Pengungsi di Kamarora mulai terserang ISPA
11 Oktober 2018 09:37 WIB
Warga korban gempa dan tsunami mengantre bantuan makanan di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (5/10/2018). Memasuki hari ketujuh pascagempa, bantuan dari berbagai pihak mulai dibagikan di sejumlah wilayah terdampak gempa dan tsunami. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/kye
Sigi, Sulteng (ANTARA News) - Pengungsi di Kecamatan Nokikalaki, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah kini mulai terserang berbagai penyakit, khususnya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pascagempa bumi yang mengguncang sejumlah daerah di provinsi ini pada 28 September 2018.
Ari Kanari, seorang tokoh pemuda di Kecamatan Nokilalaki kepada Antara, Kamis, membenarkan warga di pengungsian banyak yang sakit sehingga butuh dokter dan obat-obatan.
Terutama, kata dia, anak-anak dan balita banyak terserang batuk dan ISPA.
"Kasihan anak-anak dan balita hanya tidur di tenda sederhana dengan kondisi memrihatinkan," kata Ari.
Ari yang juga seorang guru SD di Desa Kamarora berharap mendapat perhatian Dinas Kesehatan Sigi, yang segera mengirimkan tenaga medis dan obat-obat ke wilayah itu.
Selain itu, pengungsi juga butuh bahan makanan dan selimut karena udara pada malam hari cukup dingin dan banyak nyamuk.
Sementara para pengungsi selama ini belum pernah tersentuh bantuan padahal mereka juga korban gempa bumi.
Ia mengaku banyak rumah warga dan sarana ibadah serta sekolah yang rusak akibat gempa di Kecamatan Nokilalaki.
Baca juga: Logistik untuk kebutuhan ibu-anak masih kurang
Baca juga: Sigi sudah mulai bersekolah
Ari Kanari, seorang tokoh pemuda di Kecamatan Nokilalaki kepada Antara, Kamis, membenarkan warga di pengungsian banyak yang sakit sehingga butuh dokter dan obat-obatan.
Terutama, kata dia, anak-anak dan balita banyak terserang batuk dan ISPA.
"Kasihan anak-anak dan balita hanya tidur di tenda sederhana dengan kondisi memrihatinkan," kata Ari.
Ari yang juga seorang guru SD di Desa Kamarora berharap mendapat perhatian Dinas Kesehatan Sigi, yang segera mengirimkan tenaga medis dan obat-obat ke wilayah itu.
Selain itu, pengungsi juga butuh bahan makanan dan selimut karena udara pada malam hari cukup dingin dan banyak nyamuk.
Sementara para pengungsi selama ini belum pernah tersentuh bantuan padahal mereka juga korban gempa bumi.
Ia mengaku banyak rumah warga dan sarana ibadah serta sekolah yang rusak akibat gempa di Kecamatan Nokilalaki.
Baca juga: Logistik untuk kebutuhan ibu-anak masih kurang
Baca juga: Sigi sudah mulai bersekolah
Pewarta: Anas Masa
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018
Tags: