Palu (ANTARA News) - Hingga hari ke-13 pascabencana yang terjadi di Sulawesi Tengah (Sulteng) sebanyak 36 dokter spesialis yang memperkuat KRI dr Soeharso sudah menangani 1.238 pasien rawat inap hingga rawat jalan.

“Kami memiliki 36 dokter spesialis yang setiap saat bekerja membantu para korban pascabencana , hingga saat ini kami sudah menangai 1.238 pasien baik rawat inap maupun rawat jalan," kata Wakil Komandan Satgas kesehatan penanggulangan bencana Palu-Donggala Kolonel Laut dr Andi Abdullah saat ditemui di KRI dr Soeharso, Rabu.

Rata-rata pasien masuk berobat di rumah sakit terapung itu, menurut dia, korban patah tulang akibat tertimpa reruntuhan bangunan saat gempa dan tsunami, bahkan ada pasien mereka tangani terpaksa tangannya harus diamputasi karena lukanya sudah terinfeksi dan membusuk.

Abdullah menyebut pasien yang dirawat di posko kesehatan TNI AL cukup banyak, sehingga ruang Isntalasi Gawat Darurat (IGD) terpaska harus dibuat dipelataran Pelabuhan Pantoloan, sementara ruang rawat inap berada dilantai dua kapal itu diisi oleh pasien yang membutuhkan perawatan intens.

Dalam kapal itu, lanjutnya, selain ruang operasi juga dilengkapi dengan ruang ronsen, ruang penyimpanan tabung oksigen, ruang ICU hingga ruang laboratorium.

Pelayanan kesehatan ditempat itu dilakukan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) kesehatan, para personel bertugas melayani pasien melakukan tindakan medis cepat dan tepat hingga benar-benar pasien pulih.

Keberadaan KRI dr Soeharso sangat membantu penanganan korban gempa dan tsunami, mengingat korban bencana alam ini begitu banyak, rumah sakit dan unit-unt pelayana kesehatan di palu banyak yang rusak sehingga pelayanan kesehatan menjadi terbatas.

“Kami terus mendorong pusat pelayanan kesehatan di wilayah palu dan sekitarnya untuk bangkit dan diharapkan kedepan jika pusat pelayanan kesehatan sudah mulai membaik, secara perlahan beban dan tangung jawab kami berikan kepada mereka," ujarnya.

Selama penanganan korban bencana alam di Sulteng, KRI dr Soeharo tetap berada di Pelabuhan Pantoloan hingga batas waktu belum ditentukan dan proses penanganan medis pun dilakukan secepat mungkin.


Baca juga: Tim relawan Sultra kembali temukan empat jenazah

Baca juga: tata ruang wilayah terkait kekuatan mitigasi bencana