Palu (ANTARA News) - Anak-anak Kelurahan Petobo korban gempa dan likuifaksi yang berada di posko pengungsian di Dusun Ranoraupa, Desa Loru Kabupaten Sigi, diberikan pemahaman tentang agama dengan cara mengaji.

"Kegiatan ini kami laksanakan setiap selesai shalat Maghrib, kami ajar baca tulis Al Quran dan durasinya pun tidak sampai 60 menit," kata Herni, guru mengaji yang juga warga Petobo sekaligus korban bencana alam saat ditemui Antara di tenda pengungsian, Selasa.

Proses belajar mengaji dilaksanakan di tenda sederhana dibantu pencahayaan listrik dari mesin generator. Anak-anak pun tampak begitu antusias mengikuti kegiatan itu.

Herni menyebut, baca tulis Al Quran sangat penting diajarkan kepada anak-anak sejak dini untuk menambah pengetahuan dan wawasan mereka terhadap agama agar kelak dapat menjadi orang yang berguna.

Menurutnya pendidikan agama tidak hanya dilaksanakan terpusat sekolah, tetapi dimana saja bisa dilakukan sepanjang ada kemauan belajar.

"Waktu kampung kami masih ada, saya sering ajar anak-anak mengaji, kegiatan ini dilakukan atas inisiatif sendiri, selagi ada kesempatan kenapa tidak kita lakukan," kata wanita berprofesi sebagai guru agama SD ini.

Ia mengatakan, belajar mengaji juga merupakan salah satu cara memulihkan kondisi psikologis anak dari rasa trauma yang mereka alami, apa lagi di posko itu ada anak yang tidak punya ibu akibat diterjang gelombang tanah bercampur lumpur.

Ia mengaku, buku metode membaca Al Quran yakni "Iqra" diambilnya di bawah puing-puing reruntuhan rumahnya dan masjid yang sudah roboh dimanfaatkan untuk sebagai bahan mengajar mengaji.

"Dari pada hanya berserakan di bawah puing-puing reruntuhan mending dimanfaatkan untuk menambah pemahaman agama," ujarnya.

Kelurahan Petobo merupakan salah satu daerah terparah di wilayah Kota Palu akibat dampak musibah gempa dan tsunami serta likuifasi.

Dari 1.040 hektare luas wilayah kampung tersebut terdapat 180 hektare rusak tertimbun lumpur yang menelan ribuan korban jiwa.

Baca juga: Sejumlah warga Petobo kehilangan ijazah
Baca juga: Secercah asa di balik kisah pilu Petobo