Google+ segera ditutup karena data bocor
9 Oktober 2018 18:30 WIB
Anak-anak bermain dengan logo Alphabet Inc's Google di depan kantor mereka di Beijing, China, Selasa (7/8/2018). (REUTERS/Stringer)
Jakarta (ANTARA News) - Alphabet Inc akan menutup media sosial Google+ setelah Senin (8/10) waktu setempat menemukan data pribadi sekitar 500 ribu pengguna terekspos ke pengembang di luar perusahaan tersebut.
Google dalam unggahan di blog resmi menyatakan masalah ini diketahui dan diatasi pada Maret lalu ketika mereka sedang meninjau bagaimana Google berbagi data dengan aplikasi lain.
Google, seperti diberitakan Reuters, menyatakan “tidak ditemukan penyalahgunaan atau eksploitasi oleh pengembang terhadap data tersebut.”
Wall Street Journal menyebutkan Google semula tidak ingin membeberkan masalah ini karena khawatir akan dicecar oleh regulator, berdasarkan keterangan sumber anonim dan sebuah memo yang dibuat oleh bagian legal Google dan staf kebijakan untuk para eksekutif senior.
Google, dikatakan WSJ, khawatir mereka bernasib sama seperti Facebook dengan kasus Cambridge Analytica. CEO Sundar Pichai dikabarkan mengetahui kasus ini.
Google menolak berkomentar di luar isu yang mereka kemukakan di blog.
Menurut Google, setelah meninjau data-data yang terekspos, mereka menilai temuan tersebut tidak tergolong harus diberitahukan kepada pengguna maupun pemberitahuan kepada pengembang atau pengguna untuk melindungi diri.
Tapi, ahli keamanan siber meragukan keputusan tersebut.
Menurut Managing Director Friedman CyZen, Jacob Lehmann, pengguna berhak diberi tahu jika data mereka mungkin diretas.
“Ini dampak langsung dari pemeriksaan Facebook karena skandal Cambridge Analytica,” kata dia.
Baca juga: Tambah kualitas layanan, Blue Bird manfaatkan cloud
Baca juga: Google Maps akan tersambung ke pemutar musik
Google dalam unggahan di blog resmi menyatakan masalah ini diketahui dan diatasi pada Maret lalu ketika mereka sedang meninjau bagaimana Google berbagi data dengan aplikasi lain.
Google, seperti diberitakan Reuters, menyatakan “tidak ditemukan penyalahgunaan atau eksploitasi oleh pengembang terhadap data tersebut.”
Wall Street Journal menyebutkan Google semula tidak ingin membeberkan masalah ini karena khawatir akan dicecar oleh regulator, berdasarkan keterangan sumber anonim dan sebuah memo yang dibuat oleh bagian legal Google dan staf kebijakan untuk para eksekutif senior.
Google, dikatakan WSJ, khawatir mereka bernasib sama seperti Facebook dengan kasus Cambridge Analytica. CEO Sundar Pichai dikabarkan mengetahui kasus ini.
Google menolak berkomentar di luar isu yang mereka kemukakan di blog.
Menurut Google, setelah meninjau data-data yang terekspos, mereka menilai temuan tersebut tidak tergolong harus diberitahukan kepada pengguna maupun pemberitahuan kepada pengembang atau pengguna untuk melindungi diri.
Tapi, ahli keamanan siber meragukan keputusan tersebut.
Menurut Managing Director Friedman CyZen, Jacob Lehmann, pengguna berhak diberi tahu jika data mereka mungkin diretas.
“Ini dampak langsung dari pemeriksaan Facebook karena skandal Cambridge Analytica,” kata dia.
Baca juga: Tambah kualitas layanan, Blue Bird manfaatkan cloud
Baca juga: Google Maps akan tersambung ke pemutar musik
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018
Tags: