Jakarta (ANTARA News) - Pengamat properti Ali Tranghanda menyampaikan usulan agar BUMN dapat dilibatkan untuk membantu generasi milenial (lahir tahun 1980-1995) untuk memiliki rumah tinggal.
"Sebuah survey mengungkapkan penghasilan rata-rata generasi milenial berada di kisaran Rp6 juta per bulannya. Jika dihitung-hitung maka dengan cicilan tersebut, mereka hanya mampu mencicil sebesar Rp2 jutaan per bulan untuk rumah dengan harga Rp200 sampai Rp250 juta," kata Ali saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Ali mengatakan dengan harga rumah sebesar itu maka generasi milenial hanya bisa mendapatkan rumah di luar Jakarta. Sementara itu sebagian besar dari mereka berkerja di Jakarta.
"Bahkan dengan penghasilan sebesar itu sudah tidak mungkin lagi membeli apartemen di Jakarta," ungkap Ali yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch.
Pilihan tentu masih terbuka dengan melirik pasaran rumah subsidi FLPP seharga dibawah Rp 150 jutaan. Namun ternyata sebagian besar kaum milenial tidak tertarik untuk tinggal di rumah subsidi yang minim fasilitas.
Apalagi bentuk bangunan tidak mencerminkan jiwa kaum milenial yang butuh kebanggaan secara pribadi. Kalaupun ada sebagian yang membeli rumah tersebut dan masih kerja di Jakarta, maka dapat dipastikan produktivitas kerja menjadi terganggu karena jarak dan waktu tempuh relatif jauh, jelas Ali.
"Sudah habis biaya, habis waktu juga. Pilihannya kemudian meninggalkan rumah tersebut dan kembali ke Jakarta untuk menyewa rumah, menyewa apartemen, atau kos-kosan bulanan." ujar dia.
Ali mengungkapkan kalau hanya mengandalkan swasta maka sampai kapanpun akan sulit bagi generasi ini untuk membeli rumah.
Ia beranggapan dengan kondisi seperti ini maka peran serta pemerintah untuk mengambil alih sebagian tanggung jawab dengan membangun hunian-hunian vertikal milenial yang terintegrasi dengan transportasi (Transit Oriented Development/ TOD) harus secara serius dipertimbangkan.
Menurut dia, konsep bank tanah harus segera diterapkan, meskipun sudah agak terlambat untuk berbicara di seminar-seminar mengenai konsep bank tanah yang tak kunjung selesai. "Pemerintah harus lebih sigap 'mengamankan' tanah-tanah di sekitaran TOD baik itu LRT ataupun MRT sehingga tidak terjadi aksi spekulatif harga tanah yang malah semakin tinggi," ujar dia.
Tanah-tanah milik BUMN/BUMD sebagian harusnya dapat ‘dihibahkan’ untuk kaum milenial dengan harga yang terjangkau. Mengingat saat ini meskipun telah banyak BUMN yang menyasar pasar milenial namun harga yang ditawarkan masih jauh dari keterjangkauan kaum milenial.
Profil pembeli pun sebagian besar bukanlah kaum milenial dan sebagian lagi lebih kepada investor dengan harapan nantinya akan dapat disewakan kembali, ungkap Ali. Pihak swasta pun seharusnya dapat dilibatkan dalam bentuk CSR untuk kemudian dibangun rumah susun baik sewa maupunn beli bagi kaum pekerja.
Baca juga: 50 persen penduduk Jakarta tak punya rumah hunian
Pengamat usulkan BUMN bantu milenial miliki rumah
9 Oktober 2018 16:46 WIB
Pengamat perumahan, Ali Tranghanda. (id.linkedin.com)
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: