SDM masih jadi kendala perusahaan teknologi
9 Oktober 2018 14:36 WIB
President Director OVO, Adrian Suherman di OVO Corner, Gedung Lippo Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (8/10/2018). (ANTARA News/Arindra Meodia)
Jakarta (ANTARA News) - Visionet Internasional, yang terkenal dengan produk dompet digital OVO, masih melihat salah satu tantangan mereka terletak pada sumber daya manusia.
Dikatakan Presiden Direktur OVO, Adrian Suherman, saat sesi wawancara dengan Antara, dari segi keterampilan, bakat-bakat Indonesia di bidang teknologi sudah baik, namun, dalam beberapa kasus, mereka belum terlatih untuk menangani hal teknis dalam skala besar.
“Di Indonesia, skill sudah oke, tapi, mungkin belum pernah menangani yang sebesar ini,” kata Adrian.
Kendala talenta dalam bidang teknologi, berdasarkan pengalaman mereka, menurut Adrian salah satunya dipicu teknologi di bidang pembayaran seperti yang mereka kembangkan tergolong hal yang baru di Indonesia sehingga tidak banyak yang benar-benar memahami.
OVO menampik bahwa mereka banyak mempekerjakan tenaga asing untuk mengembangkan pembayaran mobile mereka, namun dalam beberapa bidang mereka memang merekrut tenaga dari luar karena memiliki pengalaman dalam bidang sistem pembayaran elektronik.
Adrian tidak menyebutkan berapa besar proporsi talenta lokal dalam bidang teknologi yang ada di kantor mereka saat ini, namun, menyatakan dari 500 orang yang dipekerjakan OVO, lebih banyak yang berasal dari Indonesia.
OVO sejak beroperasi tahun lalu cukup agresif mengembangkan diri mereka melalui kemitraan, salah satunya yang paling terkenal dengan layanan transportasi online Grab.
Saat ini mereka sudah mencakup lebih dari 200 kota di Indonesia, termasuk kota-kota sekunder, dan mencakup lebih dari 400 mal di Tanah Air.
Mereka kini sudah bekerja sama dengan 70 ribuan merchant di Indonesia, menargetkan jumlahnya akan bertambah ke angka 100 ribu hingga 150 ribu hingga akhir tahun ini.
Baca juga: Susah dapat Grab saat pakai OVO? Ini jawaban bos OVO
Baca juga: OVO apresiasi penyelenggaraan IMF
Dikatakan Presiden Direktur OVO, Adrian Suherman, saat sesi wawancara dengan Antara, dari segi keterampilan, bakat-bakat Indonesia di bidang teknologi sudah baik, namun, dalam beberapa kasus, mereka belum terlatih untuk menangani hal teknis dalam skala besar.
“Di Indonesia, skill sudah oke, tapi, mungkin belum pernah menangani yang sebesar ini,” kata Adrian.
Kendala talenta dalam bidang teknologi, berdasarkan pengalaman mereka, menurut Adrian salah satunya dipicu teknologi di bidang pembayaran seperti yang mereka kembangkan tergolong hal yang baru di Indonesia sehingga tidak banyak yang benar-benar memahami.
OVO menampik bahwa mereka banyak mempekerjakan tenaga asing untuk mengembangkan pembayaran mobile mereka, namun dalam beberapa bidang mereka memang merekrut tenaga dari luar karena memiliki pengalaman dalam bidang sistem pembayaran elektronik.
Adrian tidak menyebutkan berapa besar proporsi talenta lokal dalam bidang teknologi yang ada di kantor mereka saat ini, namun, menyatakan dari 500 orang yang dipekerjakan OVO, lebih banyak yang berasal dari Indonesia.
OVO sejak beroperasi tahun lalu cukup agresif mengembangkan diri mereka melalui kemitraan, salah satunya yang paling terkenal dengan layanan transportasi online Grab.
Saat ini mereka sudah mencakup lebih dari 200 kota di Indonesia, termasuk kota-kota sekunder, dan mencakup lebih dari 400 mal di Tanah Air.
Mereka kini sudah bekerja sama dengan 70 ribuan merchant di Indonesia, menargetkan jumlahnya akan bertambah ke angka 100 ribu hingga 150 ribu hingga akhir tahun ini.
Baca juga: Susah dapat Grab saat pakai OVO? Ini jawaban bos OVO
Baca juga: OVO apresiasi penyelenggaraan IMF
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018
Tags: