Ambon, (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon mengembangkan komunitas sekolah sungai sebagai bentuk gerakan pengurangan risiko bencana.

Kepala BPBD kota Ambon, Demy Paays di Ambon, Senin, menyatakan, kegiatan sekolah sungai merupakan bagian dari 16 lokasi kegiatan gerakan pengurangan risiko bencana 2018 di seluruh Indonesia, yang dibiayai BNPB.

"Kegiatan sekolah sungai dilakukan di enam sekolah sungai termasuk di Kota Ambon, dua sekolah gunung, tiga sekolah laut dan lima mitigasi struktural partisipatif," katanya.

Ia mengatakan, masalah penanggulangan bencana bukanlah masalah sektoral tetapi masalah multi sektor, karena terkait dengan kemiskinan, disabilitas dan lingkungan hidup.

Sementara di Indonesia tidak ada tempat yang aman dari bencana, karena itu BNPB melalui BPBD Ambon melakukan gerakan pengurangan risiko bencana sekolah sungai.

"Dengan sekolah sungai ini diharapkan sungai di Kota Ambon menjadi sehat dan tidak lagi menjadi tempat banjir di musim penghujan," ujarnya.

Keberadaan sungai juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat edukasi masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup, dengan demikian diharapkan pengelolaan sungai tidak lagi hanya dibebankan kepada pemerintah, tetapi seluruh masyarakat.

"Edukasi sekolah sungai merupakan masalah kultur, sehingga melalui program tersebut dapat ditunjukkan bagaimana mengubah budaya agar masyarakat menghargai sungai, air karena kita hidup dengan air," tandasnya.

Demy menambahkan, program sekolah sungai diharapkan mampu membentuk komunitas dan relawan, serta terciptanya jejaring atau komunikasi pinggiran sungai sebagai agen restorasi sungai, yang menjadi bagian dari kaderisasi dalam memperkuat dan mengembangkan gerakan pengurangan bencana.

BNPB menargetkan satu kabupaten atau kota di Indonesia terdapat 1.000 relawan di akhir tahun 2018.

"Dengan jumlah relawan yang besar, tentu pasti akan ada dampak karena kita yakin mampu memelihara dan menjaga sungai dengan baik demi kelangsungan masa depan sungai itu sendiri," katanya.*