Jakarta (ANTARA News) - Anggota Fraksi PKS DPR RI Habib Aboe Bakar Al Habsyi mengapresiasi langkah Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) bidang pertahanan menggandeng Perguruan Tinggi dalam meningkatkan potensi dan kemampuan industri pertahanan dalam negeri.

"Ini kerja sama yang baik karena menghidupkan para peneliti dan bangkitkan usaha nasional," kata Aboe Bakar usai menghadiri penandatanganan nota kesepahaman antara Universitas Indonesia (UI) dengan Perkumpulan Industri Pertahanan Nasional (Pinhantanas) di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Senin.

Dia menilai melalui penguatan industri pertahanan dalam negeri, diharapkan ketergantungan terhadap impor dapat dikurangi sehingga Indonesia bisa berdaulat dalam bidang pertahanan dan keamanan.

Aboe yang merupakan anggota Komisi III DPR RI itu mengatakan potensi BUMS pertahanan sangat besar karena di beberapa negara penyedia peralatan pertahanan dan keamanan berasal dari swasta.

"Di internasional, jarang alat-alat militer dari BUMN namun rata-rata swasta. Di tingkat pengusaha swasta nasional diharapkan dapat meningkat dan kami optimis," ujarnya.

Dia menekankan DPR RI mendukung setiap upaya perwujudan kemandirian industri pertahanan dan keamanan dalam negeri.

Ketua Dewan Pengawas Pinhantanas, Connie Rahakundini Bakrie mengatakan kerja sama antara pelaku industri dengan dunia akademis akan menjadi fondasi kemandirian industri pertahanan dalam negeri.

Connie mengatakan pihaknya ingin bekerja sama dalam bidang penelitian dan pengembangan, pembuatan prototipe, hingga produksi.

Berikutnya menurut dia, kerja sama antara industri pertahanan nasional dan kampus akan membantu tegaknya UU nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan, khususnya soal pengadaan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam) strategis dan juga memperkuat kemampuan perkembangan teknologi perang.

"Kerja sama yang terjalin antara Pinhantanas sebagai pelaku industri dan Universitas Indonesia sebagai dunia akademis akan menguntungkan kedua belah pihak. UI akan lebih cepat lagi mencapai targetnya sebagai kampus yang terdepan dalam 'applied science'. Tidak hanya kampus sebagai lembaga, mahasiswa dan dosen pengajar bisa terlibat langsung dalam proses penelitian dan pengembangan di dapur produksi industri pertahanan," katanya.

Selain itu Connie menilai sebagai salah satu mesin ekonomi, industri pertahanan tidak hanya menghasilkan lapangan kerja langsung namun juga menciptakan lapangan kerja di sektor lain yang membentuk bagian dari rantai pasokan.

Sinyal positif
Sebagai catatan menurut dia, ada potensi ekonomi Industri Pertahanan dalam negeri, yakni anggaran Pengadaan Dalam Negeri (PDN) 2014-2019 yang mencapai Rp15 triliun dan diperkirakan juga 40 persen anggaran pertahanan dari Kementerian Pertahanan untuk pengadaan dalam negeri akan diserap oleh Industri Pertahanan Nasional.

"Alokasi anggaran sebesar ini akan juga bisa dirasakan dunia kampus yang bekerja sama dengan pelaku industri pertahanan. Kalau bisa, anggaran itu juga masuk ke fasilitas riset dan pengembangan kampus lewat proyek-proyek bersama dengan Pinhantanas," ujar Connie.

Dia mengatakan kehadiran perwakilan Kementerian Pertahanan dalam momen penandatanganan kerja sama ini menunjukkan bahwa pemerintah mendukung penuh sinergi antara kampus dan industri pertahanan nasional.

"Terutama dalam hal pengembangan riset menuju kemandirian industri pertahanan nasional. Dan juga bisa dilihat sebagai gesture positif, berupa komitmen dukungan pemerintah dalam hal anggaran pertahanan untuk penelitian dan pengembangan," katanya.

Baca juga: Ketua DPR dorong pemerintah kuatkan industri pertahanan
Baca juga: DPR ajak semua pihak kembangkan industri pertahanan