Pertemuan IMF-WB
OJK yakin teknologi finansial tarik investor pasar modal
8 Oktober 2018 15:20 WIB
Perusahaan riset pasar IDC menggelar IDC Fintech Innovation Summit 2018 yang menghubungkan para pemimpin industri dan para pakar industri finansial di Jakarta, Kamis (4/10/2018). (ANTARA News/Arindra Meodia)
Jakarta, (ANTARA News) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis jumlah investor di pasar modal akan meningkat cepat dengan memanfaatkan teknologi finansial (tekfin).
"Seiring dengan dimanfaatkannya 'financial technology' dalam pemasaran industri pasar modal, kami optimistis jumlah investor pasar modal Indonesia masih akan terus meningkat dengan cepat," ujar Kepala Eksekutif Pasar Modal OJK, Hoesen di Jakarta, Senin.
Saat ini, ia mengakui, tingkat literasi dan inklusi keuangan dari sektor pasar modal masih terbilang relatif rendah. Dari hasil survei OJK pada 2016, indeks literasi keuangan sektor pasar modal hanya sebesar 4,4 persen dan indeks inklusi keuangan di sektor pasar modal hanya sebesar 1,25 persen.
Selain itu, lanjut dia, rendahnya tingkat inklusi sektor pasar modal juga tercermin dari jumlah nomor identitas tunggal investor (single investor identification/SID), baik dalam saham, surat berharga negara (SBN), dan reksa dana. "Apabila kita bandingkan dengan total penduduk Indonesia, mungkin baru berkisar satu persen," katanya.
Hoesen menilai rendahnya inklusi dan literasi keuangan antara lain disebabkan oleh faktor akses terhadap informasi dalam layanan jasa keuangan yang kurang menjangkau masyarakat, khususnya di luar pulau Jawa.
"Perusahaan efek masih terkonsentrasi di Pulau Jawa serta masih kurangnya pemasaran dan izin, khususnya tenaga-tenaga pemasaran di daerah," katanya.
Dalam mengatasi berbagai kendala itu, Hoesen menyampaikan, OJK terus melakukan berbagai upaya, khususnya untuk meningkatkan inklusi melalui penerbitan berbagai aturan. Antara lain POJK nomor 22/POJK.04 2016 tentang Segmentasi Perizinan Wakil Perantara Pdagang Efek, dan POJK nomor 24/POJK.04 2016 tentang Agen Perantara Pdagang Efek.
"POJK tersebut disusun bertujuan meningkatkan jumlah tenaga pemasaran berizin," ujarnya.
Sementara itu Direktur Utama Bursa efek Indonesia (BEI), Inarno Djayadi juga menilai bahwa jumlah investor pasar modal, terutama ritel yang meningkat dapat meredam gejolak ekonomi global.
"Dengan literasi yang meningkat maka inklusi pun akan mengikuti, investor ritel kita akan semakin maksimal, itu harapan dari kami. Kita harus bisa jadi tuan rumah di kita sendiri. Kalau ada gejolak ekonomi global bisa diredam oleh investor lokal," ucapnya.
Baca juga: Pemerintah siap bantu industri tekfin lebih berkembang
Baca juga: OJK: industri teknologi finansial jangan rugikan nasabah
"Seiring dengan dimanfaatkannya 'financial technology' dalam pemasaran industri pasar modal, kami optimistis jumlah investor pasar modal Indonesia masih akan terus meningkat dengan cepat," ujar Kepala Eksekutif Pasar Modal OJK, Hoesen di Jakarta, Senin.
Saat ini, ia mengakui, tingkat literasi dan inklusi keuangan dari sektor pasar modal masih terbilang relatif rendah. Dari hasil survei OJK pada 2016, indeks literasi keuangan sektor pasar modal hanya sebesar 4,4 persen dan indeks inklusi keuangan di sektor pasar modal hanya sebesar 1,25 persen.
Selain itu, lanjut dia, rendahnya tingkat inklusi sektor pasar modal juga tercermin dari jumlah nomor identitas tunggal investor (single investor identification/SID), baik dalam saham, surat berharga negara (SBN), dan reksa dana. "Apabila kita bandingkan dengan total penduduk Indonesia, mungkin baru berkisar satu persen," katanya.
Hoesen menilai rendahnya inklusi dan literasi keuangan antara lain disebabkan oleh faktor akses terhadap informasi dalam layanan jasa keuangan yang kurang menjangkau masyarakat, khususnya di luar pulau Jawa.
"Perusahaan efek masih terkonsentrasi di Pulau Jawa serta masih kurangnya pemasaran dan izin, khususnya tenaga-tenaga pemasaran di daerah," katanya.
Dalam mengatasi berbagai kendala itu, Hoesen menyampaikan, OJK terus melakukan berbagai upaya, khususnya untuk meningkatkan inklusi melalui penerbitan berbagai aturan. Antara lain POJK nomor 22/POJK.04 2016 tentang Segmentasi Perizinan Wakil Perantara Pdagang Efek, dan POJK nomor 24/POJK.04 2016 tentang Agen Perantara Pdagang Efek.
"POJK tersebut disusun bertujuan meningkatkan jumlah tenaga pemasaran berizin," ujarnya.
Sementara itu Direktur Utama Bursa efek Indonesia (BEI), Inarno Djayadi juga menilai bahwa jumlah investor pasar modal, terutama ritel yang meningkat dapat meredam gejolak ekonomi global.
"Dengan literasi yang meningkat maka inklusi pun akan mengikuti, investor ritel kita akan semakin maksimal, itu harapan dari kami. Kita harus bisa jadi tuan rumah di kita sendiri. Kalau ada gejolak ekonomi global bisa diredam oleh investor lokal," ucapnya.
Baca juga: Pemerintah siap bantu industri tekfin lebih berkembang
Baca juga: OJK: industri teknologi finansial jangan rugikan nasabah
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: